USAHA PENDEDERAN IKAN NILA BUKAN LAGI SEKEDAR USAHA SAMPINGAN

USAHA PENDEDERAN IKAN NILA BUKAN LAGI SEKEDAR USAHA SAMPINGAN
Pengertian pendederan/pentokolan  dalam perikanan  adalah tahap pelepasan atau penyebaran benih  ikan/udang ke tempat pembesaran sementara. Dalam pendederan larva atau ikan yang baru menetas disebar di akuarium atau kolam kecil dengan pengaturan suasana air yang ketat (baik derajat keasaman, kebersihan, suhu, kadar oksigen, dan sebagainya. Setelah hewan-hewan ini cukup besar, maka siap untuk disebar ke kolam pembesaran.
Pendederan dilakukan untuk melindungi tumbuhan/hewan sewaktu kecil karena biasanya mereka rentan terhadap hama, penyakit, serta perubahan lingkungan yang ekstrem. Kegiatan pendederan/pentokolan ikan nila merupakan mata rantai yang bertujuan salah satunya adalah menekan mortalitas benih karena pentokolan ikan nila adalah masa awal pemeliharaan yang dianggap sebagai masa paling kritis. Usaha pentokolan ikan nila bukan lagi sekedar usaha sambilan di samping usaha pembesarannya tambak.

Pentokolan ikan nila sebagai usaha komersial hendaknya dilakukan dengan kesungguhan sebagai lahan mata  pencaharian ,serius dan penuh kehati-hatian. Oleh karena kebutuhan atau permintaan akan benih nila selalu meningkat dar i waktu ke waktu maka diharapkan teknik pentokolan ikan nila dapat lebih dikembangkan. Salah satu metoda dalam pentokolan ikan nila adalah pentokolan di petakan tambak. Usaha ini dilakukan dalam petakan tambak yang ukurannya relatif kecil (500 -1.000 m 2 ) atau dengan cara menyekat tambak dengan masa 3 minggu – 1 bulan. Usaha penggelondongan telah banyak berkembang dikarenakan beberapa keuntungan  antara lain 
a) Mempersiapkan benih nila menjadi benih siap tebar (tokolan) untuk meningkatkan survival rate di       tambakpembesaran.
b) Memperpendek masa pemeliharaan sehingga produk yang dihasilkan memenuhi ukuran konsumsi      dan seragam.
c) Menekan pemborosan benih ikan nila karena benih telah cukup kuat akibat perubahan kualitas air tambak. 
Adapun teknik mengenai pendederan/ pentokolan ikan nila yang baik meliputi beberapa kegiatan antara lain:
1. Pemilihan Lokasi
     Pemilihan lokasi hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a) Mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi seperti tata ruang, sumber air dan pengairan. Diusahakan tidak begitu jauh dari pantai agar suhu udara yang ada dapat mendukung keberhasilan usaha pemeliharaan benih nila. Suhu air pada tambak berkisar antara 30 -33 °C.
b) Jarak lokasi ideal dari sumber benih  maksimal 12 jam perjalanan selama dalam pengangkutan.
c) Sarana transportasi. Kelancaran sarana angkutan terutama jalan, sangat memegang peranan penting dalam usaha pentokolan ikan nila ini. Oleh sebab itu dipilih lokasi yang sarana lalu lintasnya dapat menjamin mutu benih tetap baik.
d) Jaringan listrik. Sarana yang diperhatikan dalam memilih lokasi adalah yang dekat dengan jaringan listrik negara (PLN). Namun untuk usaha pendederan/pentokolan kebutuhan listrik bisa diganti dengan alat-alat lain seperti genset.
2. Sistem Petak Ipukan
a) Petakan untuk ipukan.
   Petakan untuk ipukan pada umumnya dangkal, luasnya berkisar antara 500-1.000 m2, letak petakan dekat dengan sumber air tawar.
b) Petakan untuk pendederan/pentokolan.
   Petakan pendederan/pentokolan mempunyai areal lebih besar (luas) dan lebih dalam (1.000–2.000) m2 . Hal ini digunakan    untuk menampung hasil dari  petakan ipukan tempat untuk   menumbuhkan benih kecil (pre fingerling) atau untuk penyimpanan  dan menahan benih besar (post fingerling).
c) Petakan Aklimatisasi.
   Petakan untuk aklimatisasi atau yang biasa disebut ipukan merupakan petakan kecil  dan bersifat hanya sementara. Ipukan    ini dibatasi oleh pematang yang relatif kecil, sempit dan rendah dibangun berdekatan dengan saluran air, agar mutu lebih baik dan memudahkan pengelolannya. Ukuran luasnya tergantung kepada banyaknya benih nila yang akan ditebarkan (stock).  Pada musim kemarau temperatur udara dapat naik mencapai 33°C, ipukan dapat menampung 5.000–10.000 ekor per m2 selama 3 hari, meskipun dibawah periode yang relatif tenang.
d) Tempat pengumpulan /tempat untuk panen benih
   Berupa petakan kecil untuk penangkapan atau kanal yang sempit atau tempat untuk mengumpulkan benih dalam waktu singkat.  Ikan-ikan dikumpulkan ke tempat pengumpulan dengan cara pengaturan aliran air yang telah disiapkan sebelumnya. Aerasi    dapat diatur dengan aliran air dari tambak yang berdekatan atau dari tambak yang lain, sehingga tidak terjadi efek yang merugikan karena kekurangan oksigen, walaupun di dalam petakan tersebut padat dengan ikan. Dalam petakan ini ikan-ikan tersebut mudah dijaring dan dipindahkan ke petakan yang lain dengan cara mengunakan jaring untuk pemindahan gelondongan/tokolan. Hal ini dipermudah dengan sifat ikan nila yang juga senang menentang arus.
3.Pintu dan gorong-gorong.
  Petakan untuk benih ikan nila, gelondongan danpengumpulan dilengkapi dengan pintu-pintu atau gorong-gorong, yang dipasang rapi dan diberi saringan. Terutama perlu diperhatikan ialah : petakan untuk benih jangan sampai kemasukan telur-telur maupun larva predator misalnya kakap, kerapu, belut dan lain sebagainya. Pada pintu perlu dipasang saringan nylon yang halus atau bahan yang serupa. Bisa juga dipergunakan saringan yang berbentuk kantong dari nylon halus, dipasang pada ujung dari gorong-gorong selama persiapan petakan untuk benih dan juga selama sepuluh hari pertama setelah penebaran benih.
4.Pengelolaan Petakan Pengelondongan
a)Persiapan petakan untuk aklimatisasi
  Beberapa hari sebelum penebaran benih nila, petakan aklimatisasi dipersiapkan dengan baik, pematang dilapisi dengan tanah yang lunak, dilengkapi dengan atap yang dibuat dari kisi-kisi bambu. Pada kaki bagian dalam pematang ipukan sebaiknya diberi berm, guna memudahkan pemeliharaan. Berm mempunyai 2 (dua) macam kegunaan yaitu merupakan tempat untuk pembetulan kebocoran pada pematang dan menahan longsoran tanah dari pematang. Selanjutnya petakan dikeringkan dan perataan dasar petakan dikerjakan dengan kemiringan yang dibuat menuju arah pintu air selama tanah belum keras. Untuk perataan tanah dapat digunakan garu dari kayu, dan dapat juga menggunakan papan yang agak panjang yang didorong oleh dua atau tiga orang. Lubang bekas kaki ditutup, sebab kemungkinan dapat dipakai tempat untuk sembunyi ikan-ikan liar atau telurnya yang dapat tahan hidup selama pengeringan pada masa persiapan.
b)Kultur makanan alami
  Sebagai hewan pemakan segala pakan yang paling disukai nila plankton,  alga biru, inverterbrata tingkat rendah, z00   plankton, juga diperlukan untuk melengkapi nilai gizi makanan. Tokolan yang lebih besar dan berukuran panjang 80 mm, sudah dapat memakan alga hijau benang atau lumut (chaetomorpha sp., Entormorpha sp., dan Cladophora sp.).
c) Kultur plankton
Disini harus kita perhatikan upaya untuk menumbuhkan plankton agar mencapai hasil yang memuaskan (sukses) diperlukan air yang dalam serta rendah kadar garamnya, terutama selama musim hujan. Mula-mula petakan dikerjakan dan dibiarkan untuk 2–3 hari, kemudian segera diisi (digenangi) dengan air pasang yang baru. Pupuk organik yang diberikan harus cukup yang biasanya terdiri dari kombinasi antara Urea atau Amonium sulfate (ZA) sebagai N (nitrogen) dan Superfosfate (TSP) sebagai sumber P2O5 (fosfate) ditambah bekatul yang digunakan untuk membuat air menjadi hijau warnanya, yang sebagian besarnya adalah phytoplankton. Pada umumnya petani tambak memulai dengan dosis 6 gram N, 6–9 gram P2O5 dan 50–100 gram bekatul untuk setiap m3 air yang kemudian dinaikkan dosisnya sampai didapatkan hasil yang diinginkan. Blooming phytoplankton akan terjadi dalam 48 jam pada cuaca yang memungkinkan. Petakan siap ditebari ikan jikalau suatu obyek yang putih berada dalam air hilang (lenyap) dari pandangan pada kedalaman kurang lebih 30 cm.
5) Penebaran (Penanaman, Stocking)
Persiapan petakan untuk aklimatisasi (ipukan). Petakan untuk aklimatisasi (ipukan) perlu dibuat, atau bila telah ada perlu disiapkan dengan baik. Pematangnya diplester dengan tanah yang lunak dan sekalian menutupi kebocoran. Atap diperlukan yang biasanya dibuat dari kisi-kisi bambu untuk memberikan kesejukan kita dapat memanfaatkan  pelepah daun kelapa, daun nipah diletakkan di atasnya sebagai atap (dapat digunakan daun nipah atau daun kelapa yang dibuat khusus untuk atap). 
Ada juga yang ditancapkan pada keliling ipukan dapat, agar memberikan suasana kesejukan. Dengan cara demikian ipukan tidak menerima sinar matahari lansung dan suhu menjadi rendah di dalamnya. Untuk mengantisipasi adanya hujan turun, atap perlu dilapisi atau ditutup dengan plastik (polyethelene sheet). Bila ipukan dibuat dengan 1 atau dengan 2 pematang dari petakan sebagai sisinya, perlu adanya kanal (saluran kecil) sepanjang berm untuk mengalirkan air hujan terutama dari pematang petakan agar masuk ke petakan besar dan tidak masuk ke ipukan. 
Air hujan terutama yang mengalir dari pematang petakan dan masuk ke dalam ipukan dapat menyebabkan kematian benih nila yang dipelihara di ipukan dalam keadaan padat. Pada saat yang singkat sebelum benih datang semua air di dalam ipukan dikuras keluar. Air tawar secukupnya dapat juga air sumur atau dari mata air yang lain diisikan pada ipukan pelan-pelan, selanjutnya air dipasang yang baru dilewatkan melalui saringan yang halus ditambahkan sampai kadar garam mencapai 5–15 ppt. Air dibiarkan jernih, sedimen dibiarkan mengendap dahulu dan semua kotoran-kotoran yang mengambang dibuang..
a)Penebaran Benih
Benih nila dibawa ke tambak dengan kantong plastik dan diberi oksigen. Biasanya pada pengangkutan nener digunakan air yang kadar garamnya antara 5–15 ppt. Hal inilah yang mengharuskan ipukan diisi air tawar agar kadar garam sesuai dengan air untuk kehidupan nila. Penebaran benih  dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat suhu udara relatif lebih rendah. Untuk mempermudah dalam aklimatisasi benih terhadap suhu air maka kantong plastik dibiarkan mengambang di dalam ipukan untuk satu atau dua jam lamanya sebelum dilepaskan. Dan di dalam petakan penggelondongan diusahakan untuk kepadatan penebaran antara 40–50 ekor per m2 . Awalnya benih bersama airnya dituangkan ke dalam baskom plastik kemudian air dari ipukan ditambahkan ke baskom sedikit demi sedikit sampai kira-kira sama dengan kondisi air ipukan itu sendiri. Setelah itu baskom  dimiringkan pelan-pelan dan dibiarkan benih nila itu berenang keluar. Pada permukaan kolam benih akan berenang di dekat permukaan air tetapi setelah beradaptasi dan merasa segar lagi, mereka mulai makan algae yang ada. Untuk adaptasi benih sepenuhnya dalam ipukan diperlukan waktu sekitar 12 jam. benih nila yang lemah kondisinya akan memerlukan waktu lebih lama untuk adaptasi dan berenang di dekat permukaan air dalam ipukan. Jika benih telah tampak aktif bergerak dan makan, maka pematang ipukan dapat dipotong sedikit dan disisipkan saringan dengan bahan yang halus ditempat tersebut. Pematang yang dipotong ini dipergunakan untuk memudahkan pertukaran air di dalam maupun di luar ipukan dan sekitar 12 jam sesudahnya, kadar garam akan sama atau yang di dalam ipukan akan lebih rendah sedikit dari pada garam di petakan luar ipukan.  Bilamana benih tampak mulai berkumpul disekitar saringan atau berenang menentang arus yang melewati saringan, hal ini menunjukkan bahwa benih telah cukup aklimatisasi terhadap kondisi garam. Saringan telah dapat diambil danbenih dibiarkan berenang keluar. Hal ini dikerjakan pada pagi hari atau sore hari ketika air di petakan rendah suhunya. Ipukan tidak diperlukan di saat musim hujan bila kadar garam di petakan telah menjadi rendah. 
b)Pengaturan Air
  Pada umumnya selama 7–10 hari sesudah pelepasan benih, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu benih tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan benih keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air yang baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu. Petakan untuk benih mempunyai dasar yang lebih tinggi dan rata bila dibandingakn dengan petakan yang lain. Oleh karena itu perlu adanya tindakan bila masih terjadi kebocoran pada waktu pemasukkan air. Pilihan lain ialah perlu menyediakan pompa air untuk pasang yang rendah bila tidak dapat mencapai petak pentokolan.Benih tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim kemarau dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim hujan terutama untuk menjaga/memelihara plaknton atau untuk memperbaiki kondisi air. Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat.
c) Pakan
Pemberian makanan tambahan mengakibatkan bertambahnya input. Hal ini hanya diberikan jika makanan alami habis dan tidak ada tempat yang layak atau yang siap untuk dipergunakan. Pengusaha benih tokolan melaksanakan penimbunan benih  dengan cara memberikan makanan tambahan, karena itu pengusaha tersebut berani menggunakan padat penebaran yang tinggi pada tambaknya. Pakan untuk pendederan menggunakan pelet dengan kadar protein 20-30%. Jumlah pakan yang diperlukan 3% dari bobot tubuh ikan. Frekuensi pemberiannya 2-3 kali sehari.
Beberapa macam mkanan tambahan yang sering digunakan ialah :
o Katul yang halus hasil sisa penggilingan padi yang baru berbentuk tepung atau dijadikan pellet.
o Tepung gandum, bungkil jagung (bungkil dari lembaga jagung), bungkil kacang tanah, bungkil kelapa berbentuk tepung atau   dijadikan pellet.
o Kotoran kandang ternak atau lebih baik kotoran ayam.
  Penambahan makanan sebaiknya habis dimakan dalam jangka waktu dua sampai tiga jam. 
o Setidak-tidaknya makanan diberikan tiga kali setiap hari atau cukup dua kali (pagi dan sore hari). Makanan dapat   diberikan dengan cara ditaburkan atau ditempelkan pada suatu tempat tertentu yang berada di dalam kolam .
d)Hama dan Penyakit
  Hal lain yang harus diperhatikan dalam pentokolan ikan nila adalah pengendalian hama dan penyakit. Dalam hal ini upaya pencegahan lebih diutamakan daripada pengobatan. Karena pengobatan ikan yang telah sakit cukup menyita sumber daya..
6.Hambatan Pengelolaan
  Dalam usaha pengelolaan tambak sering dijumpai hal-hal yang menghambat kelancaran usaha, di antaranya adalah sebagai   berikut:
a)Kondisi benih yang jelek pada saat penebaran.
  Pedagang benih biasanya menampung dalam kondisi yang sangat padat sambil menunggu pembeli. Selama musim benih pedagang mengumpulkan hasil kemudian ditampung ,setelah cukup banyak jumlahnya untuk memenuhi pesanan dari pembeli yang datang pertama. Sering pula terjadi bahwa benih tidak diberi makan untuk beberapa hari, yang mengakibatkan lapar dan lemah menyebabkan kondisi benih menjadi lamban geraknya dan mudah stress waktu dalam penghitungan. Bila diangkut dalam kondisi yang berjejal dalam kantong plastik, suhu tinggi, terjadi pertukaran zat-zat dalam tubuhnya, eksresi, tekanan oksigen dan jalanan yang kasar dapat menambah kelelahan benih. Banyaknya perlakuan di tambak dapat menambah makin lelah dan memberatkan situasi dan tidak tahan terhadap kondisi dalam petakan yang sedikit kurang baik.
b)Aklimatisasi yang kurang cukup.
Dalam melepaskan benih nila ke petak peneneran diperlukan waktu yang cukup untuk aklimatisasi, sehingga benih dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan atau kondisi lingkungan. Penggantian air secara mendadak dengan perbedaan kadar garam atau suhu yang besar dapat mengakibatkan yang kurang baik. Benih nila tidak cukup waktu untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dan akhirnya menjadi lemah, bahkan dapat menyebabkan kematian.
c) Bocoran-bocoran.
Sifat naluri yang senang menentang arus air menyebabkan benih mudah lolos melalui bocoran yang ada di pematang. Dasar pintu saringan-saringan dan papan-papan penutup pintu yang tidak betul pemasangannya memungkinkan benih dapat lolos ke luar. Hal tersebut memungkinkan pula masuknya ikan-ikan buas yang masih kecil yang akhirnya dapat memangsa benih dalam petakan.
d)Keracunan
  Oleh karena petakan untuk benih umumnya berukuran kecil, maka mudah mengalami kontaminasi unsur-unsur yang beracun yang bersama air atau dari sumber lain. Kematian secara besar-besaran kadang terjadi di tambak yang mengalami air dari sungai yang mengalirkan sisa-sisa dari pabrik (sampah industri) dibuang. Hal tersebut juga sering terjadi pada daerah yang dekat dengan daerah pertanian, terutama daerah sawah yang sering menebari pestisida. Pematang tambak sendiri dapat menjadi asal /sumber material yang mempunyai daya racun tinggi. Banyak contoh kematian total yang terjadi di pentokolan begitu selesai hujan pertama yang lebat setelah musim kemarau yang panjang. Kasus demikian juga sering terjadi di tambak yang baru dibangun dari daerah rawa yang banyak pohon bakaunya (mangrove). Pematang dibuat dari tanah yang terdiri dari banyak akar yang membusuk dan terkumpul bahan organik yang mengandung unsur racun asam Sulfida (H2S) di lereng di atas pematang tersebut digambarkan sebagai hasil penguapan dari pematang yang banyak mengandung air (kadar air yang tinggi).Senyawaan belerang dapat pula terbentuk dari pembusukkan akar yang tampak di pematang-pematang. Tetesan air hujan mencucinya dan membawanya masuk ke tambak karena terbatasnya areal di petak  tokolan, unsur yang dikehendaki tersebut segera menyebar sehingga menyebabkan tokolan banyak yang mati karena keracunan.
e)Penanganan yang salah.
  Pengeringan yang mendadak disebabkan penutupan pintu kurang sempurna adalah yang sering menyebabkan banyak nener dan gelondongan yang hilang atau mati. Saringan-saringan yang rusak, yang robek atau kesalahan dalam pemasangannya adalah faktor penyebab hilangnya nener pula. Sifat masa bodoh dari manusia (penjaga) tidak dapat dianggap sepi begitu saja. Penjaga yang sangat lelah kadang-kadang mudah (cepat) jatuh tertidur, sedang periode pengeringan atau pengisian peneneran berlangsung pada malam hari di saat terjadi surut yang rendah atau pasang yang tinggi, karena tertidur maka penjaga tidak dapat mengontrol keadaan deangan baik, yang mengakibatkan lingkungan pematang yang rusak.
7.Pemanen benih ikan nila
Pemanenan benih ikan nila disesuiakan dengan permintaan pasar atau konsumen. Jika konsumen menginginkan ukuran benih yang standar (10 – 12 cm) panen benih bisa dilekukan lebih cepat. Tetapi jika konsumen menginginkan benih dengan ukuran yang lebih besar maka panen dilakukan sesuai dengan kenginan konsumen atau pembeli. Pemanenan benih ikan nila sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Kemudian benih ikan nila dikemas dengan baik. Benih dikemas dalam wadah tertutup untuk pengiriman jarak jauh. Sedangkan untuk jarak dekat pengemasan dengan wadah terbuka masih bisa dilakukan. Untuk pengiriman jarak jauh biasanya benih dikemas dalam kantong plastik berwarna putih transparan. Kantong plastik diisi air 1/3 dari ukuran wadah tersebut selebihnya diisi dengan oksigen.
Demikian materi pendederan ikan nila bukan bukan lagi sekedar usaha sampingan. 
Semoga tulisan ini mampu memberikan manfaat bagi pembudidaya ikan nila di Margoyoso dan sekitarnya. Sukses selalu salam nila lezat rasanya mannis dan nikmat uangnya bagi kita semua.

SUMBER PUSTAKA :
1.Balai Budidaya Air Payau, Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. “Materi Latihan Pembenihan Bandeng Skala Rumah Tangga”.
2.Kordi. 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang.
3.Khairuman dan Amri, K. 2002. Budidaya Ikan Nila AgroMedia Pustaka. Jakarta
4.Sucipto. 2008. Pembenihan Ikan Nila
5.Panggabean,A. 2009. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Sumatra Utara. 
6.Rizal. 2009.  Pembenihan Ikan Nila
7.http://aquamina.files.wordpress.com/2008/01/pembenihan-ikan-nila.pdf.
8.https://mitalom.com/cara-pembenihan-dan-teknik-pemijahan-ikan-nila/
9.naksara.net/Aquaculture/Reproduction/pembenihan-ikan-nila.html





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan Pasta sebagai Pengganti Cacing Sutera untuk Benih Ikan Lele

PEMBESARAN IKAN NILA DI TAMBAK AIR PAYAU

MENGANTISIPASI DAMPAK AIR HUJAN BAGI BUDIDAYA IKAN LELE