BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (litopenaeus vannamei) Secara Tradisional Plus di Lahan Tambak
PENDAHULUAN
Udang vannamei (litopenaeus vannamei) sering disebut vaname merupakan udang introduksi yang banyak diminati pembudidaya karena potensinya sangat baik, Beberapa keunggulan udang vaname antara lain : tahan penyakit; pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan100-110 hari); sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1:1,3).
Selama ini pembudidaya yang modalnya terbatas masih beranggapan bahwa udang vannamei hanya dapat dibudidayakan secara intensif, hal tersebut tidak benar, karena hasil kajian menunjukan dengan pola tradisional. petambak dapat menghasilkan ukuran yang lebih besar sehingga harga per kg menjadi lebih mahal..
Informasi teknologi pola tradisional plus untuk budi daya udang vannamei sampai saat ini masih sangat terbatas. Diharapkan adanya brosur ini dapat menambah wawasan pengguna dalam mengembangkan udang vannamei pola tradisional plus.
PERSIAPAN TAMBAK
1. Pengeringan Tanah Dasar
Air dalam tambak dibuang, , genangan air yang masih tersisa harus di pompa keluar.tambak dikeringkan sampai retak-retak. Tanah di balik dengan cangkul sehingga H2S teroksidasi. Pengeringan secara sempurna juga dapat membunuh bakteri patogen yang yang ada di pelataran tambak.
Pengolahan lahan tanah, meliputi : pengangkatan lumpur dan pencangkulan dan pembalikan tanah. Pengangkatan lumpur, setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
Pencangkulan dan pembalikan tanah bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat. Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
2. Pemberantasan Hama
Golongan pemangsa (predator), dapat memangsa udang secara langsung, termasuk golongan buas, antara lain:Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis), kerong-kerong (Tehrapon tehraps), kakap (Lates calcarifer), keting (Macrones micracanthus), kuro (Polynemus sp.), Ketam-ketaman, antara lain adalah kepiting (Scylla serrata), Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa), cangak (Ardea cinera rectirostris), pecuk cagakan (Phalacrocorax carbo sinensis), pecuk ulo (Anhinga rufa melanogaster),Bangsa ular, seperti ular air atau ular kadut (Cerberus rhynchops, Fordonia leucobalia, dan Chersidrus granulatus),Wingsang, wregul, sero, atau otter (Amblonyx cinerea dan Lutrogale perspicillata).
Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi udang dalam hidupnya, baik mengenai pangan maupun papan diantaranya; bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata), congcong (Telescopium telescopium), ikan liar, seperti mujair (Tilapia mosambica), belanak (Mugil spp), rekrek (Ambassis gymnocephalus), pernet (Aplocheilus javanicus), dan lain-lain, ketam-ketaman, seperti Saesarma sp. dan Uca sp., Udang, yaitu udang kecil-kecil terutama jenis Cardina denticulata, dan lain-lain.
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan mengunakan bahan organik salah satunya adalah saponin Ikan-ikan buas dapat diberantas dengan bungkil biji teh yang mengandung racun saponin.
a.Bungkil biji teh merupakan ampas yang dihasilkan dari biji teh yang diperas minyaknya..
b.Kadar saponin dalam tiap bungkil biji teh tidak sama, tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil biji teh per Ha tambak sudah cukup efektif mematikan ikan liar/buas tanpa mematikan udang yang dipelihara.
c.Daya racun saponin terhadap ikan 50 kali lebih besar daripada terhadap udang
d.Daya racun saponin akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari di dalam air. Setelah diracun dengan bungkil biji teh, air tambak tidak perlu dibuang, sebab residu bungkil itu dapat menambah kesuburan tambaknya.
e.Daya racun saponin berkurang apabila digunakan pada air dengan kadar garam rendah. Tambak dengan kedalaman 1 meter dan kadar garam air tambak > 15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja, sedangkan kalau lebih rendah harus 200 kg/Ha. Untuk penghematan air tambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikan hanya 1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak dinaikkan lagi, sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
f.Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00.
g.Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam dalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu air tersebut dipercik-percikan ke seluruh tambak. Sementara menabur bungkil, kincir dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.
Pengapuran Dan Pemupukan
Perbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian kapur bakar (CaO), 1000 kg/ha, dan kapur pertanian sebanyak 320 kg/ha. Masukkan air ke tambak sampai macak-macak kemudian lakukan pemupukan dengan pupuk urea ( 150 kg/ha), pupuk kandang (2000 kg/ha
PENGISIAN AIR
Pengisian air dilakukan setelah persiapan dasar tambak selesai . Masukkan air ke dalam tambak secara bertahap 10-20 cm. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 minggu sampai kondisi air betul-betul siap ditebari benih udang. tinggi air di petak pembesaran diupayakan ≥1,0m.
PEMILIHAN BENIH
Pemilihan benur udang vannamei dilakukan dengan memperhatikan berapa kriteria antara lain:
Benur vanname yang digunakan adalah PL 10 – PL12 (0,001g/ekor)
Organ tubuhnya/ insangnya telah sempurna
Seragam ukuranya, dan usus terlihat jelas,
Bergerak aktif, berenang melawan arus.
Bebas pathogen dengan adanya sertifikat Spesific Pathogen Free (SPF).
PENEBARAN
Penebaran benur udang vannamei dilakukan setelah plangton tumbuh baik (7-10 hari) sesudah penumpukan. Benur vanname yang digunakan adalah PL 10 – PL 12 berat awal 0,001g/ekor diperoleh dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas patogen, Spesific Pathogen Free (SPF). Kreteria benur vannamei yang baik adalah mencapai ukuran PL – 10 atau organ insangnya telah sempurna, seragam atau rata, tubuh benih dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus.
Sebelum benuh di tebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benuh ditambak dan menyiram dengan perlahan-lahan.
Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi sedikit demi sedikit air tambak selama 15-20 menit.
Selanjutnya kantong benur dimiringkan dan perlahan-lahan benur vannamei akan keluar dengan sendirinya. Penebaran benur vannamei dilakukan pada saat siang hari. Padat penebaran untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah 1-7 ekor/m². Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada bulan ke dua pemeliharaan, maka disarankan dengan padat tebar 8-10 ekor/m².
PEMELIHARAAN
Selama pemeliharaan, dilakukan monitoring kualitas air meliputi : suhu, salinitas, kecerahan, pH , kedalaman air dan oksigen setiap hari. Pemberian pupuk urea dan TPS susulan setiap 1 minggu sebanyak 5-10% dari pupuk awal. (urea 150kg/ha). Probiotik diberikan seminggu sekali guna menjaga kestabilan plankton dalam tambak.
PEMBERIAN PAKAN
Pakan diberikan pada hari ke-70 pada saat pakan alami sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang diberikan 2-5% dari biomassa udang. Frekuensi pemberian 3 kali /hari yakni 30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40% pada jam 22.00.
Pergantian air pertama kali dilakukan setelah udang berumur >60 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total, sedangkan pada bulan berikutnya hingga panen pergantian air ditingkatkan mencapai 15-20% pada setiap periode pasang.
Sebelum umur pemeliharaan mencapai 60 hari hanya dilakukan penambahan air sebanyak yang hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vannamei adalah salinitas optimal 10-25 ppt (toleransi 50 ppt), suhu 28-31°C, oksigen >4ppm, amoniak
PANEN
Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 100-110 hari. Perlakukan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (tinggi air tambak 1m), dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami molting pada saat panen.
Peralatan panen berupa keranjang, jaring yang dipasang di pintu air, jala lempar, steofoam, ember, baskom, dan lampu penerangan dilakukan dengan menurunkan volume air secara gravitasi dan di bantu dengan pompa.
Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan penangkapan udang dengan jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil panen sangat peka terhadap sinar matahari.
Udang hasil tangkapan harus di cuci kemudian direndam es, selanjutnya dibawa ke cold storage. Dengan pola tradisional plus produksi udang vannamei 235-350 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-96%, ukuran panen antara 55-65 ekor/kg.
Demikian semoga materi Budidaya udang vannamei secara tradisional plus ini mampu memberikan manfaat bagi pelaku utama di mana saja berada .
Komentar
Posting Komentar