Nutrisi
Pakan Ikan
Pengantar
Perkembangan perikanan
budidaya telah tumbuh pada tingkat yang signifikan beberapa tahun terakhir. Pakan
adalah elemen sangat penting dalam budidaya perikanan. Biaya pakan merupakan biaya
operasional yang tertinggi dalam proses budidaya perikanan, mencapai 30% sampai
60%, tergantung pada intensitas operasi. Selama bertahun-tahun kualitas air
telah menjadi pembatas yang paling penting untuk proses produksi ikan.
Kemajuan
teknologi pendukung menjadi penting dalam beberapa tahun terakhir, dan
nutrisi semakin dianggap menjadi kunci keterbatasan untuk efisiensi produksi
meningkatkan pertumbuhan dan penyebaran "baru" spesies. Pakan buatan
dengan nutrisi seimbang telah menjadi faktor terpenting dalam budidaya
perikanan.
Komposisi Nutrisi Pakan Ikan
Pada umumnya,
pakan ikan cenderung sangat tinggi protein. Kandungan protein pakan untuk benih
dan bibit sering melebihi50% protein kasar . Seperti penurunan laju
pertumbuhan dan umur ikan, tingkat protein dalam pakan ikan harus sesuai.
Protein pakan pada tingkat tumbuh sering mendekati atau melebihi 40%
protein kasar, sedangkan pakan waktu pemeliharaan kandungan protein berkisar 25-35%.
Selain penurunan kandungan protein dari makanan seperti pertumbuhan ikan,
ukuran partikel juga harus diubah. Banyak ikan membutuhkan makanan hidup ketika
mereka menetas karena bukaan mulut mereka masih begitu kecil.
Tepung ikan
harus merupakan sumber protein utama dalam pakan ikan. Berbagai macam asam
amino dan asam lemak esensial yang terdapat dalam pakan ikan tapi tidak hadir
dalam jaringan dari tumbuhan atau hewan darat. Formulasi biaya rendah di mana
tepung ikan telah dieliminasi dan digantikan oleh protein lebih murah dari
sumber terestrial (misalnya kedelai) tidak dianjurkan untuk ikan. Tepung ikan
dan produk perikanan memiliki kandungan lemak yang tinggi dan karena lemak bisa menimbulkan bau
tengik sehingga menjadi bermasalah apabila pakan tidak disimpan dengan benar. Selain
kepedulian terhadap asam amino esensial yang mungkin terkandung dalam tepung
ikan, ikan juga membutuhkan asam lemak rantai panjang (C20 dan C22) yang tidak
ditemukan dalam jaringan dari organisme darat(ternak). Tepung ikan, tepung
udang dan berbagai jenis produk olahan perikanan merupakan sumber asam lemak
esensial. Selain itu, produk krustasea berfungsi sebagai sumber pigmen
karotenoid yang baik untuk peningkatan warna. Terdapat kandungan minyak tinggi
yang terkait dengan pigmen karotenoid, sehingga suplemen vitamin E dianjurkan
pada saat digunakan.
Ikan
membutuhkan asam askorbat makanan (vitamin C). Hal ini menjadi sangat penting
jika ikan yang dipelihara di daerah yang kurang intensitas sinar mataharinya,
di mana ganggang tidak bisa tumbuh, atau jika ikan sangat padat mereka kurang mampu/tidak bisa mengkonsumsi
makanan alami yang mungkin terdapat di dalam air. Asam askorbat yang ditambahkan
pada makanan ikan harus phoshorylated untuk menstabilkan vitamin dan
meningkatkan waktu penyimpanan. Selain itu, vitamin A, D, E, dan B kompleks
harus ditambahkan ke pakan ikan. Konsentrasi vitamin E sering tidak memadai,
khususnya dalam diet yang tinggi lemak. Jika ikan disimpan dalam sistem alam
dengan ganggang dan fitoplankton, dan tingkat stok yang tidak terlalu besar,
maka suplemen vitamin tampaknya menjadi kurang penting, hal ini sangat dimungkinkan
karena ketersediaan pakan alami.
Penyimpanan pakan
Karena pakan ikan
biasanya berisi jumlah yang relatif tinggi tepung ikan dan / atau minyak ikan, sehingga
sangat rentan terhadap ketengikan. Selain itu, asam askorbat sangat mudah
berubah, namun penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal dari sebagian
besar spesies ikan. Untuk alasan ini, pakan ikan harus dibeli sering, idealnya
setidaknya sebulan sekali dan lebih sering jika memungkinkan.
Penyimpanan pakan
ikan harus di tempat yang sejuk dan kering, dan tidak harus disimpan di rumah
selama lebih dari tiga bulan. Pendinginan pakan kering tidak dianjurkan karena
kandungan air yang tinggi dari lingkungan itu. Pembekuan adalah cara yang dapat
diterima untuk memperpanjang masa simpan.
Jenis pakan
Pakan ikan
komersial yang digiling biasanya dijual sebagai pelet kering atau setengah
basah atau sebagai serpihan. Pelet biasanya pakan paling lengkap. Mereka
dimasak, dan, jika dipasarkan sebagai ransum lengkap, nutrisi dalam setiap
partikel harus seragam. Selain itu, ukuran pelet sangat penting. Mungkin
mustahil untuk memproduksi cukup partikel kecil untuk beberapa ikan, terutama
ikan ukuran remaja dari berbagai macam spesies. Untuk ikan yang lebih besar,
pelet sangat kecil mungkin tidak dapat diterima. Serpihan telah digunakan
secara ekstensif dalam industri ikan hias selama bertahun-tahun dan memiliki
keunggulan yang cukup lembut untuk ikan yang sangat kecil untuk mengkonsumsinya.
Pakan ikan juga tenggelam sangat lambat.
Teknologi yang
berhubungan dengan pemeliharaan makanan hidup sudah begitu meningkat. Hal ini
memiliki dampak positif pada pemeliharaan larva. Rotifera adalah makanan hidup
terkecil yang secara rutin digunakan untuk pemeliharaan larva. Brine shrimp
yang baru menetas lebih besar, tetapi masih cukup kecil, dan biasanya digunakan
dalam pembenihan ikan. Makanan hidup yang dibudidayakan dapat menyediakan
sumber gizi berkualitas tinggi, tetapi perawatan harus diambil untuk
menghindari terjangkitnya penyakit menular. Penggunaan ikan dari hasil
ikan tangkapan sebagai pakan ikan juga cukup berisiko karena potensi
terjangkitnya penyakit ikan.
Penyakit Kekurangan Nutrisi
Penyakit gizi
sering merupakan diagnosis eksklusif. Penjelasan lain untuk masalah tersebut sering
dikesampingkan dan kemudian program pemberian pakan kritis dievaluasi. Beberapa
contoh penyakit gizi telah ditemukan. Ini termasuk malnutrisi, scoliosis dan
anemia. Kurang pakan biasanya merupakan hasil dari ketidak mampuan pembudidaya
ikan dalam memenuhi pakan pemeliharaannya, sehingga dalam banyak kasus, adalah
berhubungan dengan masalah lingkungan. Sebuah sistem produksi yang
pengelolaannya kurang baik akan mempengaruhi lingkungan yang mampu
menyebabkan kematian ikan. Dalam upaya untuk memperbaiki masalah kualitas air ,
pembudidaya ikan dapat mengurangi jumlah pakan tapi tetap harus memperhatikan
berat ikan supaya ikan tidak kelaparan.
Penyebab
klasik scoliosis, atau "penyakit kembali rusak" pada ikan adalah
kekurangan asam askorbat/vitamin C. Perbaikan gizi dalam pembuatan pakan,
termasuk fosforilasi vitamin C, dan penyimpanan pakan, telah menurunkan
insidensi scoliosis. Namun, kekurangan asam askorbat harus dianggap sebagai
kemungkinan penyebab scoliosis dan kajian menyeluruh tentang praktek makan
dibenarkan ketika mengevaluasi kasus tersebut.
Gizi anemia
disebabkan oleh kekurangan asam folat. Diagnosis sering didasarkan pada sejarah
awalnya, dengan beberapa unit mengembangkan tanda-tanda yang sama pada waktu
yang sama. Bila dicurigai, sampel pakan harus dibekukan untuk dianalisis.
Masalah ini disebabkan oleh kontaminasi bakteri pakan, sehingga tidak
berhubungan dengan merek tertentu atau formulasi.
Kesimpulan
Persiapan
pembuatan pakan harus dilakukan melaui pendekatan yang logis untuk formulasi
sederhana yang harus spesifik lokal dan sumber daya yang digunakan harus
berorientasi menggunakan sebagian besar sumber protein alternatif dengan pertimbangan
untuk ongkos pembuatan pakan lebih murah tetapi tetap memperhatikan
kualitasnya.Pakan yang bermutu tinggi akan cepat menaikkan pertumbuhan ikan dan
akan memperkecil food conversation ratio (FCR).
Sumber Pustaka : Berbagai media
informasi budidaya ikan
Komentar
Posting Komentar