BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos chanos forsk) DENGAN POLA TRADISIONAL PLUS


Pendahuluan
       Bandeng (Chanos chanos forskal) merupakan ikan yang mempunyai kemampuan tinggi terhadap perubahan kualitas air /salinitas yaitu bisa hidup pada salinitas 0 – 35 %. Ikan bandeng yang dikenal dengan istilah milk fish ini merupakan komoditas budidaya yang banyak dikenal dan dikembangkan masyarakat. Teknologi budidaya ikan bandeng yang relatif mudah dan tidak banyak kendala, selain itu memiliki harga relatif tinggi. Kebanyakan pembudidaya bandeng hanya melakukan budidaya pada tambak yang cukup luas dengan pola tradisional.
Pemanfaatan tambak – tambak yang cukup luas di masyarakat dilakukan sebagai upaya meningkatkan produktifitas tambak. Penambahan pakan buatan sebagai makanan tambahan disamping klekap dan phytonplankton dengan menggunakan pellet dengan suatu harapan ikan yang dibudidayakan lebih cepat besar sehingga lebi cepat menghasilkan keuntungan.
Biologi Ikan Bandeng
  Ikan Bandeng (Chanos chanos), tergolong dalam famili Chanidae dari ordo Malacopterygii, memiliki ciri-ciri badan langsing memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda bahwa ikan bandeng merupakan perenang cepat. Memiliki mulut kecil terletak di ujung kepala dengan rahang tanpa gigii, lubang hidung terletak di depan mata.Kepala nya tanpa sisik dan bagian mata diselimuti oleh selaput bening, warna putihkeperak-perakan dengan punggung berwarna biru kehitaman.
       Ikan bandeng biasa disebut milkfish,karena memiliki daging yang warnanya putih seperti susu. Penyebaran ikan bandeng ini sangat luas mulai dari Samudra Hindia hingga ke pantai bagian barat Amerika.
         Ikan bandeng merupakan ikan yang bersifat euryhaline, yaitu mempunyai kemampuan menyesuaikan (toleransi) yang tinggi terhadap perubahan kadar garam.            Di samping itu ikan bandeng juga cukup tahan terhadaap perubahan temperatur air yang tinggi mampu mencapai 400C. Sifat -sifat ini tentu sangat menguntungkan bagi pembudidaya tambak, karena ikan tidak terlalu terpengaruh terhadap perubahan lingkungan perairan yang sering terjadi di tambak.
Habitat ikan Bandeng
         Secara alami ikan bandeng berkembang biak/berpijah di laut, ikan ini setelah dewasa akan bermigrasi ke tengah laut untuk melaku pemijahan. Dua sampai tiga minggu setelah telur menetas kemudian anak-anak bandeng yang lebih sering disebut nener bermigrasi kembali ketepian pantai dan bakau–bakau. Oleh pembudidaya kemudian dilakukan penangkapan nener/benih bandeng dengan menggunakan blabar atau seser untuk dibesarkan.
        Bandeng oleh banyak orang dianggap sebagai ikan pemakan tumbuhan (herbivora) , tetapi dalam pemeliharaan ikan bandeng ini juga memakan klekap yaitu berupa kehidupan komplek yang sebagaian besar terdiri dari ganggang biru (Cyanophyceae) dan ganggang kersik ( Baccilarophyaceae), di samping adanya bakteri, protozoa, cacing dan udang renik yang sering disebut sebagai ".Microbentik Biological Compleks).
            Klekap merupakan makanan terpenting bagi ikan bandeng  di tambak. Klekap yang masih muda dan hidup biasanya menempel di dasar perairan tambak, sedangkan yang sudah mati atau membusuk biasanya mengapung ke permukaan air. Untuk menyiapkan media yang baik bagi pertumbuhan pakan alami berupa klekap dan ganggang beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1.   Persiapan lahan
         Persiapan lahan merupakan faktor penting yang harus dilakukan tambak yang dipersiapkan adalah tambak yang telah ada dan sudah berulang kali melaksanakan panen ikan bandeng. Petmbudidaya tambak yang tidak melaksakan tahapan persiapan dengan benar memang masih bisa panen, namun hasilnya kurang maksimal karena langkah langkah dalam persiapan tambak ini sering diabaikan atau tidak dilakukan secara benar. Hal ini dilakukan sebelum melakukan budidaya, persiapan lahan yang dilakukan diantaranya:
a.     Pengeringan dasar tambak bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, memineralisasi bahan -bahan organik dan mentralisir gas-gas beracun sperti hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3) dan methana (CH4)., Nitril ( NO2 )  pengeringan tanah dasar harus benar kering yang ditandai dengan tanah reta-retak.Pengeringan yang kurang sempurna atau karena tempat yang tidak bisa kering/becek diduga tempat persembunyian bibit penyakit (bakteri,virus dan lain-lainl), selain itu  pengeringan juga memberikan kesempatan lahan untuk beristirahat.


b.     Perbaikan tanggul / pematang
Tanggul harus dipastikan kuat / tidak mudah jebol dan dipastikan tidak ada bocoran sehingga ikan yang dibudidayakan tidak hilang.
c.     Pengapuran
Pengapuran dilakukan untuk menaikkan keasaman tanah ( pH ). pemberian kapur                1-2  ton/Ha jumlah kapur disesuaikan dengan pH tanah. Adapun jenis kapur yang diberikan disesuaikan dengan nilai pH tanah.

Berikut dosis/kebutuhan dan jenis kapur yang digunakan.
PH
Dolomit(kg/Ha)
Kaptan (kg/Ha)
Kpaur tohor(kg/Ha)
< 5
3.250
3.000
2.250
5 – 5.4
2.700
2.500
1.870
5.5– 5.9
2.250
2.000
1.500
6 – 6.4
1.750
1.500
1.125
6.4-7
1.250
1.000
   750
adapun cara pemberianya dilakukan dengan cara menaburkan kapur secara merata di atas permukaan tanah dasar tambak yang telah dikeringkan tadi.
d.  Pemberian Bio Ps
            Setelah penebaran kapur dilakukan penebaran Bio PS dengan tujuan untuk membongkar bahan – bahan beracun seperti H2S didalam tanah, sebelum ditebar   2 liter Bio PS dicampur dengan air 100 liter. Kemudian ditebar secara merata ke pelataran tambak, terutama pada bagian yang tidak bisa kering ditebari lebih banyak.
2.   Pengisian Air
            Jika tambak dianggap sudah siap 2 hari setelah penebaran Bio PS air dimasukan secara bertahap(30%) tiga   kali hingga  ketingian 50– 80 cm.; setelah air dimasukan biarkan selama 2 minggu.

3.  Pemberantasan hama
            Agar ikan bandeng yang dibudidayakan bisa dengan leluasa tanpa adanya hewan / ikan sebagai penyaing dalam mengkonsumsi pakan dan oksigen juga menghindari ikan buas seperti ikan kakap (Lates calcarifer), ikan bulan-bulan (Megalops ciprinoides), kerong-kerong (Therapon theraps), ikan payus (Elops hawaiensis), keting ( Macrones micrcosthus), kuro (Polynemus sp) dan Mujahir (Tilapia sp), yang bisa memakan bibit ikan yang dibudidayakan. Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan menggunakan saponin (biji teh) dengan dosis 15 – 20 ppm.
4.  Pemupukan
            Pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan makanan alami yang dibutuhkan ikan bandeng yaitu phitoplankton ( tumbuhan kecil yang melayang – layang di air ) adapun jenis pupuk yang digunakan diantaranya kompos, urea, SP 36
5.  Penebaran Bibit
            Penebaran bibit bandeng ada 2 cara yaitu : penebaran langsung dan yang digelondong terlebih dahulu.
a. Penebaran langsung biasanya digunakan bibit bandeng/nener yang berukuran tokolan dengan panjang 3 – 5 cm.

 Cara penebarannya :
Ø Bibit di dalam kantong plastik dimasukkan ke tambak
Ø Buka kantong plastik dan tambahan air kantong dengan air tambak sedikit demi sedikit untuk penyesuaian kualitas air.
Ø  Lepaskan bibit pelahan – lahan, pastikan bibit keluar sendiri.
b.     Digelondongkan terlebih dahulu
       Petak gelondongan biasanya terdiri dari petakan tanah seluas 2 x 5 m dengan kedalaman berkisar 50 cm. Nener dilepas digelondongan berkisar 1 – 2 minggu, benih bandeng ditebar dengan kepadatan 3 – 5 ekor/m2 pakan alaminya klekap atau lumut yang menempel didasar tambak, atau pakan alami phytoplankton.
Penebaran susulan
Untuk mengefisiensi waktu pemeliharaan dengan hasil yang lebih banyak, sehingga pembudidaya bandeng mendapat keuntungan yang berlipat ganda dengan satu periode bisa dua kali panen.
Cara penebaran susulan :
Pada waktu penebaran bandeng yang pertama sudah mencapai berat 100 gram, penebaran susulan dapat dilakukan dengan memasang pembatas dari waring hitam dengan luas 5 – 10 % dari luas tambak yang ada.
6.  Pemberian pakan tambahan
Benih gelondongan yang baru ditebar tentunya masih cukup makan dari pakan alami yang  tumbuh ditambak. Ikan bandeng selain memakan klekap dan phytoplankton juga makanan buatan yang berbentuk pellet untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pemberian pakan buatan disesuaikan dengan kondisi pakan alami didalam tambak, Pakan tambahan mulai diberikan pada ikan dengan berat 80 – 100 gram dengan lama 1 – 1.5 bulan..
7. Pemanenan Bandeng.
  bandeng bisa mencapai berat 200- 250 gram/ekor dan siap panen dapat dilakukan setelah ikan 3 bulan didalamtambak hingga panen sesuai ukuran ikan bandeng   yang diharapkan menurut kebutuhan pasar setempat atau lokal.
Panenen ikan bandeng dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a.  Panen selektif
 yaitu dengan cara mengeringkan/ membuang air dari tambak sebanyak 70 % kemudian   menyeser ikan dengan jaring kemudian ikan disortir/ dipilih yang dipanen adalah ikan yang  besar atau ikan telah memenuhi ukuran yang diharapkan lalu dijual kepasar atau pedagang
b.  Panen total
yaitu panen yang dilakukan serentak atau sekaligus yang besar maupun yang kecil semuanya dipanen dan dijual kepasar atau kepada pedagang ikan.
 Bandeng yang sudah mencapai 200 –250 gram dapat dilakukan pemanenan. Pembatas dari waring hitam yang semula untuk pembatas tebaran awal dan tebaran kedua ditarik perlahan – lahan untuk menggiring ikan supaya terkumpul disuatu sudut supaya mudah ditangkap.
8. Pasca panen
       Cara yang paling mudah dan murah untuk mempertahankan mutu ikan agar tetap segar selama penyimpanan adalah dengan menggunakan es. Wadah yang biasa digunakan untuk menempatkan ikan di antaranya :.
Ø  Tong plastik
Ø  cool box  yang terbuat dari bahan polystyrene.
Ø  Kotak berinsulasi 
       Wadah berinsulasi dapat dibuat sendiri berupa peti berkonstruksi kuat dengan menggunakan insulator dari styrofoam atau poliuretan, kemudian peti dilapisi pelat aluminium setebal 0,6 mm – 0,7 mm. Penggunaan es yang dianjurkan adalah dalam bentuk, pecahan, atau curah, perbandingan yang paling ideal antara es dengan ikan minimal 1:1. Es dengan bentuk curah lebih efektif dalam mendinginkan dari pada bentuk es balok. Hal itu karena semakin kecil ukuran butiran es, semakin cepat kemampuan mendinginkannya dan semakin mudah mencair. Selain faktor es, tempat/ wadah yang dipergunakan juga ikut mempengaruhi kecepatan es mencair. Bandeng dapat didistribusikan sesuai arah dan tujuan pemasaran.
            Demikian materi blog berkaitan dengan budidaya bandeng secara tradisional plus semoga materi ini mampu memberikan manfaat bagi petambak di Margoyoso dan sekitarnya maupun pembudidaya lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan Pasta sebagai Pengganti Cacing Sutera untuk Benih Ikan Lele

PEMBESARAN IKAN NILA DI TAMBAK AIR PAYAU

MENGANTISIPASI DAMPAK AIR HUJAN BAGI BUDIDAYA IKAN LELE