BUDIDAYA KUTU AIR SEBAGAI PENGGANTI ALTERNATIF CACING SUTERA UNTUK BENIH IKAN LELE
Pendahuluan
Dalam benak kita apablia ada istilah pakan alami untuk benih ikan pastilah image akan keberadaan cacing sutera (tubifex SP). Hal ini perlu dima klumi karena dapat dikatakan sebagian besar pelaku usaha budidaya khususnya pembenihan selalu menggunakan cacing sutera untuk pemenuhan pakan benih ikan.
Pakan alami merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya ikan. Sebagian besar pakan alami ikan adalah plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Pakan alami untuk larva atau benih ikan mempunyai beberapa kelebihan yaitu ukurannya relatif kecil serta sesuai dengan bukaan mulut larva dan benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah dibudidayakan, gerakannya dapat merangsang ikan untuk memangsanya, dapat berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediaanya dapat terjamin serta biaya pembudidayaannya relatif murah. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Cacing sutra (Tubifex sp) ini hidup berkoloni bagian ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara.
Digunakan untuk semua jenis ikan sangat cocok untuk menggenjot pertumbuhan agar cepat besar
Cacing sutra dikenal juga dengan sebutan cacing rambut cacing bernama latin tubifex.sp hidup berkelompok pada air yang sedikit mengalir yang kaya akan limbah organik.
Cara budidaya cacing sutra membutuhkan persiapan yang banyak , mulai dari kostruksi wadah , pakan yang digunakan hingga mengkondisikan air yang sesuai untuk budidaya cacing sutera .
Untuk mendapatkan Cacing sutera saat ini masih banyak yang mencarinya di alam, tempat yang menjadi lokasi subur untuk mendapatkan cacing sutera dialam biasanya pada sungai/kolam/parit/got/selokan yang dialiri limbah dari pabrik tahu atau limbah peternakan ayam
Adapun nilai nutrisi cacing sutera (tubifex SP): Protein 57% ; Lemak 13,3%; Serat Kasar 2,04%; Kadar Abu 3,6% dan air 87,7%
Habitat untuk pertumbuhan dan perkembangbiakn cacing sutera adalah : Suhu 28-30 C; Oksigen terlarut 2,75-5 dan pH 6-8
Perlu diketahui Cacing sutera yang di dapatkan dari alam ataupun di beli dari peternak , Cacing sutera ini biasanya hanya mampu bertahan 1 minggu,
Jenis-jenis pakan alami
Untuk mengurangi ketergantungan pada ketersediaan cacing sutera ,masih terdapat beberapa pakan alami yang nilai nutrisinya tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan cacing sutera diantaranya :
1. Artemia
Artemia merupakan pakan alami yang berupa udang-udangan kecil (crustacea), banyak digunakan dalam budidaya ikan dan udang. Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena artemia memiliki gizi yang tinggi, serta ukurannya sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh jenis larva ikan (Djarijah, 2003).
Waktu normal penetasan kista artemia dalam air laut adalah 24-36 jam pada suhu 25oC Penetasan kista (telur) artemia harus dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dan dalam jumlah yang besar.
kandungan nutrisi: protein 55%,lemak 18% ,serat kasar 2,04%, kadar abu 7,2%, air 81,9%
artemia adalah udang renik yang hidup di air asin artemia mampu menghasilkan telur yang tidak aktif yang dikenal sebagai kista.
Telur artemia bisa di simpan dalam waktu yang lama, bisa ditetaskan sesuai keinginan sebagai pakan hidup larva ikan. Artemia banyak digunakan untuk pakan alami semua jenis larva ikan
Sayangnya di Indonesia belum ditemukan ketersediaan artemia dengan mudah, sehingga untuk memperoleh barang tersebut memerlukan keuangan yang relatif mahal karena masih impor dari luar negeri. Dengan kemajuan teknologi sekarang pakan buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, akan tetapi artemia masih merupakan pakan esensial bagi larva ikan dan udang. Keberhasilan pembenihan ikan lele akan cukup bagus apabila diberikan artemia sebagai pakan alami esensialnya,namun mengingat mahalnya harga artemia menjadikan biaya operasional tinggi. Sehingga untuk pembenih sekala rumah tangga sulit untuk menerapkannya.
2. Kutu Air
Kutu air adalah udang-udangan renik yang termasuk kedalam phylm Arthropoda, kelas Crustacea, sub kelas Eutomastraca, ordo Phylpoda, sub ordo Cladosera. Contoh yang paling banyak dikenal adalah Daphnia dan Moina.
Daphnia sp. lebih dikenal dengan kutu air memiliki lebih dari 20 spesies di alam. Spesies ini hidup pada berbagai jenis perairan air tawar, terutama di daerah subtropis.
Moina sp merupakan makanan alami yang potensial bagi benih ikan air tawar, karena nilai gizinya yang tinggi, mudah dicerna serta mempunyai daya reproduksi yang tinggi, yaitucepat berkembangbiak dan mudah dikembang- kan serta memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Moina sp merupakan zooplankton air tawar, dapat hidup di sungai, parit, rawa-rawa dan air tergenang (Mudjiman 1989).
Menurut Darmanto, peneliti pada Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, kadar kandungan gizi pada Moina sp. berupa protein 37,38%, lemak 13,29%, abu 11%, dengan kadar air sebanyak 90,6%.
Moina dan daphnia dapat digunakan untuk : semua jenis larva ikan baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Kutu air moina dan daphnia adalah jenis udang renik yang hidup di air tawar.
3. Infusoria
Infusoria adalah sekumpulan jasad renik sejenis zooplankton dan umumnya berukuran sangat kecil antara 40-100 mikron. Infusoria sebagai pakan alami dapat digunakan sebagai makanan pertama (first feeding) bagi larva ikan yang mempunyai bukaan mulut kecil. Secara visual warna infusoria adalah putih dan hidup menggerombol sehingga akan tampak seperti lapisan putih tipis seperti awan.
Infusoria adalah salah satu kelas dari philum Protozoa. Berdasarkan alat geraknya, infusoria dibedakan menjadi 2 yaitu ciliata dan flagellata.Ciliata (latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar) atau infusoria yang bergerak menggunakan rambut getar (cilia).
Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana terjadi proses pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang lebih kecil misal ganggang renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhan air. Kandungan nutrisi dari infusoria : protein 36% ,lemak 5%
Dalam pembahasan mengenai pakan alami untuk larva dan benih ikan lele kali ini adalah budidaya kutu air(daphnia dan moina)
Teknis budidaya kutu air (daphnia dan moina)
Kutu air merupakan merupakan sebutan umum bagi crustascea kecil penghuni air. Meskipun namanya kutu namun ia bukanlah merupakan jenis serangga atau kenis parasit sebagaimana kutu rambut. Kutu air merupakan kelompok zooplankton sehingga merupakan pakan alami bagi hewan-hewan air. Pada umumnya terdapat dua jenis kutu air yang relatif mudah dibudidayakan yakni jenis Daphnia dan moina. Jenis ini sendiri relatif sangat mudah dibudidayakan serta bibitnya juga mudah ditemukan. Keduanya masih kedalam jenis dan family udang renik Anthropoda.Budidaya kutu air cukup mudah dan pastinya bisa dilakukan, adapun teknis budidyanya antara meliputi :
Persiapan Tempat Budidaya
Siapkan wadah bekas, seperti baskom atau ember atau juga bak .
Setelah itu isi dengan air hingga tersisa 3/4 bagian wadah.
Untuk lokasi anda bisa meletakkannya di tenpat terbuka atau di tempat yang ternaungi.
Jika meletakkannya diluar rumah maka anda wajib waspada saat hujan tiba.
Sebab air di dalam wadah dapat meluap dan menghanyutkan kutu air yabg anda budidayakan.
Taburkan kapur pertanian dolomit sebanyak 4 kg
Masukkan kotoran ayam sebanyak 4 kg serta bungkil kelapa dan ampas kedelai secukupnya
Aduk semua bahan selama beberapa saat sampai tercampur rata
Diamkan bak tersebut selama 4 – 5 hari sampai air berwarna kecoklatan
Setelah wadah siap, maka anda dapat memasukkan benih Masukkan bibit kutu air ke dalam bak dengan kepadatan 40 – 50 ekor per liter.
Satu minggu kemudian kutu air dapat dipanen
Pemanenan Kutu Air
Setelah satu bulan, maka anda akan melihat perubahan berupa pertambahan populasi di dalam wadah media .Untuk mengatasi kepadatan yang berlebihan maka anda dapat memindahkannya ke tempat atau wadah yang baru.
Lakukan pemupukan setiap 10 hari sekali agar kutu air bisa tetap hidup dan berkembang biak
Kutu air memang bisa didapatkan langsung dari alam tanpa proses kultur atau budidaya sendiri. Namun demikian, dikhawatirkan membawa bibit penyakit yang dapat membahayakan hidup benih ikan. Jika kutu air didapat dari menangkap langsung, rendam terlebih dahulu dalam air yang telah dicampur methyline blue. Dosisnya 1 cc untuk 5 liter air.
Keunggulan lain yang didapat dengan cara kultur kutu air sendiri adalah menghindari zat-zat pencemar seperti logam berat, zat kimia, dan bahan-bahan pencemar lainnya.
Demikian sekilas teknis budidaya kutu air (daphnia dan moina) guna mengurangi ketergantungan pada cacing sutera di mana ketersediaanya sangat tergantung pada alam. Semoga materi budidaya kutu air (daphnia dan moina) dapat memberi manfaat bagi para pembenih ikan lele.
Dalam benak kita apablia ada istilah pakan alami untuk benih ikan pastilah image akan keberadaan cacing sutera (tubifex SP). Hal ini perlu dima klumi karena dapat dikatakan sebagian besar pelaku usaha budidaya khususnya pembenihan selalu menggunakan cacing sutera untuk pemenuhan pakan benih ikan.
Pakan alami merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya ikan. Sebagian besar pakan alami ikan adalah plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Pakan alami untuk larva atau benih ikan mempunyai beberapa kelebihan yaitu ukurannya relatif kecil serta sesuai dengan bukaan mulut larva dan benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah dibudidayakan, gerakannya dapat merangsang ikan untuk memangsanya, dapat berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediaanya dapat terjamin serta biaya pembudidayaannya relatif murah. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Cacing sutra (Tubifex sp) ini hidup berkoloni bagian ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara.
Digunakan untuk semua jenis ikan sangat cocok untuk menggenjot pertumbuhan agar cepat besar
Cacing sutra dikenal juga dengan sebutan cacing rambut cacing bernama latin tubifex.sp hidup berkelompok pada air yang sedikit mengalir yang kaya akan limbah organik.
Cara budidaya cacing sutra membutuhkan persiapan yang banyak , mulai dari kostruksi wadah , pakan yang digunakan hingga mengkondisikan air yang sesuai untuk budidaya cacing sutera .
Untuk mendapatkan Cacing sutera saat ini masih banyak yang mencarinya di alam, tempat yang menjadi lokasi subur untuk mendapatkan cacing sutera dialam biasanya pada sungai/kolam/parit/got/selokan yang dialiri limbah dari pabrik tahu atau limbah peternakan ayam
Adapun nilai nutrisi cacing sutera (tubifex SP): Protein 57% ; Lemak 13,3%; Serat Kasar 2,04%; Kadar Abu 3,6% dan air 87,7%
Habitat untuk pertumbuhan dan perkembangbiakn cacing sutera adalah : Suhu 28-30 C; Oksigen terlarut 2,75-5 dan pH 6-8
Perlu diketahui Cacing sutera yang di dapatkan dari alam ataupun di beli dari peternak , Cacing sutera ini biasanya hanya mampu bertahan 1 minggu,
Jenis-jenis pakan alami
Untuk mengurangi ketergantungan pada ketersediaan cacing sutera ,masih terdapat beberapa pakan alami yang nilai nutrisinya tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan cacing sutera diantaranya :
1. Artemia
Artemia merupakan pakan alami yang berupa udang-udangan kecil (crustacea), banyak digunakan dalam budidaya ikan dan udang. Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena artemia memiliki gizi yang tinggi, serta ukurannya sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh jenis larva ikan (Djarijah, 2003).
Waktu normal penetasan kista artemia dalam air laut adalah 24-36 jam pada suhu 25oC Penetasan kista (telur) artemia harus dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dan dalam jumlah yang besar.
kandungan nutrisi: protein 55%,lemak 18% ,serat kasar 2,04%, kadar abu 7,2%, air 81,9%
artemia adalah udang renik yang hidup di air asin artemia mampu menghasilkan telur yang tidak aktif yang dikenal sebagai kista.
Telur artemia bisa di simpan dalam waktu yang lama, bisa ditetaskan sesuai keinginan sebagai pakan hidup larva ikan. Artemia banyak digunakan untuk pakan alami semua jenis larva ikan
Sayangnya di Indonesia belum ditemukan ketersediaan artemia dengan mudah, sehingga untuk memperoleh barang tersebut memerlukan keuangan yang relatif mahal karena masih impor dari luar negeri. Dengan kemajuan teknologi sekarang pakan buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, akan tetapi artemia masih merupakan pakan esensial bagi larva ikan dan udang. Keberhasilan pembenihan ikan lele akan cukup bagus apabila diberikan artemia sebagai pakan alami esensialnya,namun mengingat mahalnya harga artemia menjadikan biaya operasional tinggi. Sehingga untuk pembenih sekala rumah tangga sulit untuk menerapkannya.
2. Kutu Air
Kutu air adalah udang-udangan renik yang termasuk kedalam phylm Arthropoda, kelas Crustacea, sub kelas Eutomastraca, ordo Phylpoda, sub ordo Cladosera. Contoh yang paling banyak dikenal adalah Daphnia dan Moina.
Daphnia sp. lebih dikenal dengan kutu air memiliki lebih dari 20 spesies di alam. Spesies ini hidup pada berbagai jenis perairan air tawar, terutama di daerah subtropis.
Moina sp merupakan makanan alami yang potensial bagi benih ikan air tawar, karena nilai gizinya yang tinggi, mudah dicerna serta mempunyai daya reproduksi yang tinggi, yaitucepat berkembangbiak dan mudah dikembang- kan serta memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Moina sp merupakan zooplankton air tawar, dapat hidup di sungai, parit, rawa-rawa dan air tergenang (Mudjiman 1989).
Menurut Darmanto, peneliti pada Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, kadar kandungan gizi pada Moina sp. berupa protein 37,38%, lemak 13,29%, abu 11%, dengan kadar air sebanyak 90,6%.
Moina dan daphnia dapat digunakan untuk : semua jenis larva ikan baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Kutu air moina dan daphnia adalah jenis udang renik yang hidup di air tawar.
3. Infusoria
Infusoria adalah sekumpulan jasad renik sejenis zooplankton dan umumnya berukuran sangat kecil antara 40-100 mikron. Infusoria sebagai pakan alami dapat digunakan sebagai makanan pertama (first feeding) bagi larva ikan yang mempunyai bukaan mulut kecil. Secara visual warna infusoria adalah putih dan hidup menggerombol sehingga akan tampak seperti lapisan putih tipis seperti awan.
Infusoria adalah salah satu kelas dari philum Protozoa. Berdasarkan alat geraknya, infusoria dibedakan menjadi 2 yaitu ciliata dan flagellata.Ciliata (latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar) atau infusoria yang bergerak menggunakan rambut getar (cilia).
Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana terjadi proses pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang lebih kecil misal ganggang renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhan air. Kandungan nutrisi dari infusoria : protein 36% ,lemak 5%
Dalam pembahasan mengenai pakan alami untuk larva dan benih ikan lele kali ini adalah budidaya kutu air(daphnia dan moina)
Teknis budidaya kutu air (daphnia dan moina)
Kutu air merupakan merupakan sebutan umum bagi crustascea kecil penghuni air. Meskipun namanya kutu namun ia bukanlah merupakan jenis serangga atau kenis parasit sebagaimana kutu rambut. Kutu air merupakan kelompok zooplankton sehingga merupakan pakan alami bagi hewan-hewan air. Pada umumnya terdapat dua jenis kutu air yang relatif mudah dibudidayakan yakni jenis Daphnia dan moina. Jenis ini sendiri relatif sangat mudah dibudidayakan serta bibitnya juga mudah ditemukan. Keduanya masih kedalam jenis dan family udang renik Anthropoda.Budidaya kutu air cukup mudah dan pastinya bisa dilakukan, adapun teknis budidyanya antara meliputi :
Persiapan Tempat Budidaya
Siapkan wadah bekas, seperti baskom atau ember atau juga bak .
Setelah itu isi dengan air hingga tersisa 3/4 bagian wadah.
Untuk lokasi anda bisa meletakkannya di tenpat terbuka atau di tempat yang ternaungi.
Jika meletakkannya diluar rumah maka anda wajib waspada saat hujan tiba.
Sebab air di dalam wadah dapat meluap dan menghanyutkan kutu air yabg anda budidayakan.
Taburkan kapur pertanian dolomit sebanyak 4 kg
Masukkan kotoran ayam sebanyak 4 kg serta bungkil kelapa dan ampas kedelai secukupnya
Aduk semua bahan selama beberapa saat sampai tercampur rata
Diamkan bak tersebut selama 4 – 5 hari sampai air berwarna kecoklatan
Setelah wadah siap, maka anda dapat memasukkan benih Masukkan bibit kutu air ke dalam bak dengan kepadatan 40 – 50 ekor per liter.
Satu minggu kemudian kutu air dapat dipanen
Pemanenan Kutu Air
Setelah satu bulan, maka anda akan melihat perubahan berupa pertambahan populasi di dalam wadah media .Untuk mengatasi kepadatan yang berlebihan maka anda dapat memindahkannya ke tempat atau wadah yang baru.
Lakukan pemupukan setiap 10 hari sekali agar kutu air bisa tetap hidup dan berkembang biak
Kutu air memang bisa didapatkan langsung dari alam tanpa proses kultur atau budidaya sendiri. Namun demikian, dikhawatirkan membawa bibit penyakit yang dapat membahayakan hidup benih ikan. Jika kutu air didapat dari menangkap langsung, rendam terlebih dahulu dalam air yang telah dicampur methyline blue. Dosisnya 1 cc untuk 5 liter air.
Keunggulan lain yang didapat dengan cara kultur kutu air sendiri adalah menghindari zat-zat pencemar seperti logam berat, zat kimia, dan bahan-bahan pencemar lainnya.
Demikian sekilas teknis budidaya kutu air (daphnia dan moina) guna mengurangi ketergantungan pada cacing sutera di mana ketersediaanya sangat tergantung pada alam. Semoga materi budidaya kutu air (daphnia dan moina) dapat memberi manfaat bagi para pembenih ikan lele.
Komentar
Posting Komentar