Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Tambak Air Payau


Pendahuluan
   Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati dengan potensi sumber daya perikanan air payau seluas 1430,67 Ha. Potensi sumberdaya alam tersebut dipergunakan untuk kegiataan budidaya perikanan, khususnya bandeng dan udang. Beberapa tahun terakhir produktivitas tambak cenderung mengalami penurunan. Hal ini sangat dirasakan oleh pelaku utama yaitu dengan menurunnya hasil panen bandeng yang menajdi andalan ekonomi selama ini. Rendahnya produktivitas lahan tambak berdampak pada kurang bergairahnya pelaku utama dalm mengelola usaha tambaknya. Dengan adanya teknologi budidaya ikan nila salinitas rendah seperti adanya pemberantasan/pengendalian hama, pengelolaan air, penggunaan bibit yang unggul serta mutu pakan yang diberikan  diharapkan mampu meningkatkan gairah berusaha di bidang budidaya perikanan.
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas. Teknologi budidayanya sudah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan. Jenis ikan nila yang dikembangkan di masyarakat adalah nila hitam dan nila merah. ikan nila merah sangat digemari di kalangan masyarakat, selain pengembangannya tidak sulit, ikan ini juga memiliki rasa yang gurih dan berduri lebih sedikit serta warna tubuhnya menarik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Santoso (1996:11), ikan nila merah cepat diterima oleh masyarakat. Selain mudah dikembangbiakkan , pertumbuhan badannya lebih pesat dibandingkan nila hitam (oreochromis niloticus).
Beberapa tahun terakhir permasalahan di pantai Utara Pulau Jawa, banyak sawah pertanian terkena air pasang (Rob), sehingga lahan tersebut tidak produktif. Oleh karena itu BBPBAP Jepara telah megembangkan inovasi teknologi budidaya nila salin (media air dengan salinitas 15  – 25 promil). 
Peluang pasar ikan nila cukup besar, baik dipasar lokal maupun pasar ekspor. Oleh karena itu upaya pengembangan usaha budidaya ikan nila masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha. 
Teknik pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) meliputi beberapa tahapan yang harus diperhatikan diantaranya sebagai berikut:
Persiapan Tambak Pembesaran
    Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan tambak pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) diantaranya sebagai berikut:
Perbaikan Pematang
     Sebelum ikan ditebar ke tambak pembesaran, hal yang paling pokok dilakukan adalah memperbaiki pematang yang rusak akibat hama perusak seperti kepiting dan belut yang membuat lubang pada bagian pematang sehingga air dengan mudah dapat masuk ke dalam tambak dan membawa banyak kotoran dari luar. Hal ini dapat mengakibatkan kualitas air menjadi tidak stabil.  Selain itu dengan adanya lubang pada pematang dapat menyebabkan masuknya hama kompetitor maupun predator yang dapat merugikan ikan yang di budidayakan, untuk mengatasi hal tersebut sehingga dilakukan pengangkatan  lumpur dari tambak dan ditempelkan ke pematang yang terdapat lubang agar hama tersebut tidak dapat masuk. Kegiatan ini dilakukan jika pematang mengalami kebocoran.  Pematang dalam tambak budidaya ikan biasanya dilakukan pengontrolan dititik beratkan pada arus pusaran air yang terjadi didalam tambak, setelah itu maka tambak dapat diperbaiki dengan menutup tanggul dengan karung yang berisi pasir, lalu di timbun menggunakan lumpur (Anonim, 2012).
Pembersihan Tambak
     Setelah perbaikan pematang kemudian dilanjutkan dengan pembersihan dasar tambak pembesaran yang banyak terdapat kotoran yang masuk tambak mengikuti air akibat dari pematang yang berlubang.  Kotoran yang ada didalam tambak  diangkat, lalu di simpan sementara diatas pematang dan kemudian dibuang ke luar tambak.  Sementara itu, untuk rumput yang terdapat pada bagian pematang, dibersihkan dengan menggunakan sabit maupun parang.  Setelah itu, rumput diangkat dan di buang jauh dari pematang.     
Kegiatan membersihkan pematang tambak tanah dilakukan ketika tambak akan dipakai untuk membudidayakan ikan. Membersihkan pematang tambak yaitu membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dipinggir pematang tambak, rumput ini perlu dibersihkan dan dibuang agar tidak mengganggu ikan yang akan di budidayakan terutama bagi ikan yang masih kecil, karena apabila rumput tersebut dibiarkan tumbuh maka kemungkinan besar akan dijadikan sarang hama dan predator seperti ular dan lainnya. 
Pengangkatan Lumpur
     Pengangkatan lumpur pada tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) dilakukan setelah perbaikan dan pembersihan tambak.  Pengangkatan lumpur dari tambak dilakukan secara manual dengan menggunakan alat pengangkat lumpur.  Caranya adalah lumpur dalam tambak digerus dengan alat pengangkat lumpur dan kemudian diangkat keatas pematang. 
     Pengangkatan lumpur setelah budidaya dilakukan agar kondisi tambak lebih sehat.  Pada pematang yang ada rembesan perlu dilakukan keduk teplok dan penampatan tanah pada lubang bocoran.  Limbah budidaya berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran ikan, dan ikan yang mati harus dikeluarkan dari dasar tambak, karena bahan tersebut bersifat racun yang dapat membahayakan kehidupan ikan.  Pengeluaran lumpur dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan pompa air.  Pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan traktor tangan atau cangkul pada kedalaman tanah 10-30 cm (Pantjara, et al. 2011).
. Pengeringan Tambak
    Pengeringan dilakukan dengan cara membuka pipa pengeluaran sehingga air keluar melalui saluran pembuangan yang terdapat didalam tambak dan untuk mempercepat keluarnya air dari tambak dapat dibantu dengan menggunakan mesin pompa. Pengeringan tambak membutuhkan waktu sekitar 5-7 hari tergantung intensitas sinar matahari  kemudian air yang berada ditambak tersebut telah habis.
Pengeringan mutlak dilakukan karena berfungsi untuk  menghilangkan senyawa beracun serta membasmi hama dan bibit penyakit (Anonim, 2011).  Pengeringan dasar tambak dapat mengurangi sumber penyakit dan pembalikan dasar tambak dapat menambah oksigen yang terikat dalam tanah dan melepaskan gas-gas beracun yang terikat dalam tanah karena proses peruraian (Partosuwiryo dan Warseno, 2011).
 Pemberantasan Hama
     Setelah air telah habis dikeringkan, kemudian dilanjutkan dengan pemberantasan hama menggunakan saponin untuk membasmi hama baik kompetitor maupun predator yang terdapat didalam tambak.  Pemberian saponin tidak langsung di berikan begitu saja ke tambak pembesaran, namun harus melihat cuaca yang mendukung atau tidak terjadi hujan.  Dampak yang terjadi apabila ditebar pada waktu hujan adalah tidak secara optimal membasmi hama yang terdapat dalam tambak.  Saponin sebelum ditebar ke tambak harus dilakukan pengisian air setinggi 10 cm, kemudian saponin tersebut direndam terlebih dahulu diair selama 1 jam.  Setelah itu, saponin dapat diberikan dengan cara ditebar secara menyeluruh ke tambak.,namun apabila hujan sering terjadi terus-menerus maka pemberian saponin dapat diperbanyak sesuai dengan kondisi tambak dengan ketinggian airnya adalah 10 cm. Saponin yang ditebar dibiarkan selama 2 hari diperkirakan sampai  hama yang terdapat dalam tambak tersebut  mati dan habis.
Pemberantasan hama terutama trisipan, kepiting, udang, dan ikan liar yang paliang efektif adalah pengeringan tambak secara sempurna.  Pemberantasan hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana kemampuannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak.  Pada salinitas 30 ppt, saponin diaplikasikan dengan dosis 10-15 ppm atau 30-75 kg/ha tergantung kelimpahan hama tambak 
     Ikan-ikan liar dan hewan lainnya yang ada dalam tambak dapat menganggu pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochroms niloticus) dan mengurangi sintasan, karena merupakan predator dan kompetitor yang perlu di berantas.  Untuk membasmi hewan liar tersebut dapat digunakan saponin dengan dosis 20 ppm.  Saponin terlebih dahulu direndam dalam air selama 12 jam. Selanjutnya ditebar secara merata dalam tambak pada ketinggian air tambak 10 cm.  Bahan saponin hilang setelah 2 hari penebaran (BPPKP, 2010). 
Pemberian Pupuk
     Setelah pemberian saponin yang dibiarkan selama 2 hari kemudian dilanjutkan pemupukan urea dan TSP.  Pemberian pupuk dilakukan dengan cara memasukan air sampai ketinggian 10 cm dari kedalaman tambak agar penetrasi cahaya dapat tembus ke dasar tambak sehingga mempercepat tumbuhnya pakan alami.  Pupuk urea dan TSP merupakan pupuk yang digunakan untuk menambah unsur hara pada dasar tanah tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus ).  Dosis yang diberikan pada pupuk urea ditambak pembesaran adalah 10 gram/m2, sedangkan untuk pupuk TSP diberikan dengan dosis 15 gram /m2 sesuai dengan daerah setempat.  Selain itu, dapat juga diberikan pupuk kandang dengan dosis 500 gram/m2 a dengan salinitas minimal 9 ppt dan juga untuk menambah unsur hara tanah didalam tambak tersebut.  Namun pupuk kandang tidak langsung di tebar ke dalam tambak, tetapi harus dilakukan perendaman terlebih dahulu  selama 7 hari agar tidak terapung ketika ditebar.  Pemberian ketiga pupuk ini bertujuan untuk menyuburkan tanah yang terdapat ditambak dan hanya membutuhkan waktu sekitar 1 hari, pakan alami berupa fitoplankton maupun zooplankton dapat tersedia didalam tambak pembesaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan yang hendak dibudidayakan. Namun, waktu  ideal untuk fitoplankton dan zooplankton dapat tersedia secara optimal adalah sekitar 7 hari, dan kemudian ditambahkan air setinggi 40 cm di tambak.  Selain itu,  dapat pula di berikan pupuk susulan jenis NPK apabila ikan yang di tebar ke tambak pembesaran sudah sekitar 2 minggu, dengan dosis 7-10 kg/ha .     
Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan makanan alami seperti klekap.  Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik sebanyak 1 ton/ha, ditebar pada saat dasar tambak masih kering.  Pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg/ha dan TSP 75 kg/ha, ditebar pada saat didasar tambak masih macak-macak atau lembab.  Selanjutnya air tambak ditinggikan menjadi 10 cm di atas pelataran.  Setelah satu minggu setelah klekap mulai tumbuh di dasar tambak, air ditambah lagi sampai kedalaman 30-40 (BPPKP, 2010).
Pemasukan Air
     Air merupakan sumber kehidupan atau habitat bagi organisme air untuk hidup, mencari makan, dan berkembang biak.  Cara pemasukannya adalah air dialiri pada tambak penampungan(tandon) dan kemudian disalurkan kembali pada tiap-tiap tambak pemeliharaan melalui pipa pemasukan yang bantu dengan pompa dan dikelilingi hapa agar tidak membawa kotoran dari luar tambak. Pemasukan air sampai mencapai kedalaman 80 cm, ketika menjelang penebaran.  Jenis air dalam kegiatan ini adalah memanfaatkan air payau dengan salinitas sekitar 9 ppt dari hasil pengujian yang dilakukan dengan refraktometer.
 Memenuhi persyaratan kualitas air yang baik antara lain: oksigen terlarut 5,0-8,0 ppm, pH 6,5-8,0, suhu 25,0-30,0 0C, dan salinitas 0,0-35,0 ppt.  Selanjutnya menjelang penebaran dilakukan penambahan air sampai ketinggian 60-80 cm (BPPKP, 2010).
     Tambak Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) di lengkapi dengan lubang pemasukan dan pengeluaran air.  Tujuannya agar memudahkan dalam pengisian air, sehingga kualitas air tetap baik, selain itu juga memudahkan dalam pengeringan. Tambak juga bias dan beton.  Hanya pembuatan tambak membutuhkan biaya yang cukup besar, karena beton biasanya digunakan untuk pembenihan secara intensif.  Selain itu juga pemeliharaan dapat dilakukan dengan keramba jarring apung dapat dipasang diwaduk dan rawa-rawa, tambak besar atau genangan air lainnya (Anonim, 2008). 
Penebaran
    Penggunaan benih ikan berkwalitas unggul tetntu saja merupakan pilhan tepat jika ingin meraih kesuksesah dalam kegiatan usaha anda.bagi pera pembudidaya ikan,benih ikan kususnya ikan nila yang berkwalitas dapat di hasilkan sendiri dari sebagian lahan perikanan lainya yang bisa kita usahakan.namun,bila tidak memungkinkan,benih ikan tersebut dapat kita peroleh dari pembenih ikan yang tentunya berkawalitas dan sudah di akui kwalitasnya. 
Penebaran benih dilakukan setelah tambak ditumbuhi makanan alami sekitar 2 minggu, Dalam usaha pembesaran ikan Nila (Oreochromis niloticus), faktor benih sangat penting sekali menjadi perhatian, karena dengan benih berkualitas bagus diharapkan mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Adapun  ciri-ciri bibit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang unggul :
Benih yang ikan yang baik merupakan hasil pemijahan yang bukan satu keturunan.memiliki bentuk tubuh normal,serta memiliki pergerakan yang sangat aktif.baik terhadap arus air merupakan terhadap rangsangan dari luar,ukuran benih dan umur seragam. 
. Walaupun ikan nila yang dipelihara di tambak mampu hidup didalam air yang memiliki kadar garam, tetapi untuk saat ini pemijahan dan pembenihan tetap dilakukan di kolam air tawar. Kadang-kadang, benih ikan nila yang ditebar di tambak air payau mengalami stres. Karena itu, cara penebaran sebaiknya tidak dengan melepas ikan secara langsung ke tambak, tetapi dengan cara memasukkan plastik packing ikan ke permukaan air tambak dan mendiamkannya selama 15-30 menit. Setelah itu, plastik pengikat dibuka perlahan agar air didalam plastik bercampur dengan air tambak. Biarkan ikan keluar sendiri ke dalam tambak dan menyebar. Benih nila di masukkan ke dalamnya pada saat udara sejuk pagi atau sore hari, dengan padat penebaran antara 2 ekor/m2sampai 5 ekor/m2.   dengan 15-20 gr/ekor, Biasanya sampai hari ke tiga benih tidak perlu diberi makan, karena pakan alami masih tersedia hasil dari pemupukan (Anonim, 2011).
  Teknik Pemeliharaan
     Teknik pemeliharaan Nila Merah (Oreochromis niloticus) ditambak pembesaran memiliki beberapa  hal yang harus perhatikan diantaranya sebagai berikut:
Pemberian Pakan
     Pakan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam kegiatan budidaya, karena dengan adanya ketersediaan pakan yang cukup dan memiliki nilai gizi yang baik maka akan membantu untuk pertumbuhan ikan, pertahanan hidup, dan juga reproduksi. Pakan yang diberikan untuk pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) diInstalasi.  Pemberian pakan untuk Nila Merah (Oreochromis niloticus ) ditambak pembesaran dilakukan pencampuran antara pelet dengan pakan alternatif lain seperti fermentasi ampas tahu  dedak Penggunaan ampas tahu/dedak fermentasi pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) memiliki manfaat untuk mempercepat laju pertumbuhan tubuh dan juga berfungsi sebagai pupuk untuk menumbuhkan pakan alami. 
     Dosis pakan pelet dan ampas tahu yang diberikan pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) dengan presentase 5-8% dari bobot tubuh.  Pakan ditambak pembesaran diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada jam 08.00 pagi dan jam 17.00 sore.
Kualitas Air  
     Kualitas air merupakan parameter yang perlu di pantau secara rutin guna untuk mengetahui kelayakan suatu perairan untuk mendukung kehidupan organisme akuatik yang dibudidayakan.  Selain itu, kuallitas air yang baik juga harus terbebas dari pencemar seperti bahan organik, anorganik, dan limbah industri yang mendukung berlangsungnya kehidupan ikan yang dibudidayakan.  Kualitas air pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) meliputi
Parameter kualitas air yang terdapat pada tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) diantaranya sebagai berikut:
a.  Salinitas
    Salinitas adalah bobot zat padat (g / 1000 g air laut ), setelah semua karbonat di ubah menjadi oksida, bromida, dan ion organik menjadi klorida, serta semua senyawa kation dioksida.  Pengukuran salinitas di tambak pembesaran menggunakan alat yang di namakan Refraktometer.  Salinitas sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas semakin besar pula tekanan osmotiknya.  Semua ikan nila lebih toleran terhadap lingkungan payau.  Ikan nila tumbuh dengan sangat baik pada salinitas 15 ppt, sedangakan nila merah dapat tumbuh pada salinitas mendekati air laut.  
b. pH    
    pH menunjukan kadar konsentrasi H+ atau OH- dalam suatu larutan.  Konsentrasi tersebut diukur menggunakan elektroda melalui aktivitas ion hidrogen H+ yang merupakan faktor utama dalam menentukan kemasaman dan kebasaan suatu larutan.  Pengukuran pH menggunakan kertas pH berwarna dalam menentukan nilai asam ataupun basa. Nilai derajat keasaman (pH) perairan yang cocok untuk Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah 7,0-8,5 dan tidak tercemar oleh bahan beracun seperti sulfida
 c. Alkalinitas
    Alkalinitas adalah konsentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat dalam air.  Alkalinitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus) berkisar antara 50-300 mg/l,  keadaan tersebut menggambarkan tingkat alkali yang cocok untuk kehidupan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang dibudidayakan
d.Oksigen terlarut
    Oksigen terlarut adalah kandungan oksigen yang terdapat disuatu perairan atau tambak pemeliharaan yang mana dimanfaatkan oleh ikan untuk respirasi atau pernapasan, sehingga dapat menunjang kehidupan ikan yang ada pada perairan tersebut.  Pengukuran oksigen terlarut menggunakan alat yang di namakan Do meter..
 Oksigen terlarut pada tambak pemeliharaan Nila Merah (Oreochromis niloticus) berkisar  5,0 – 8,0 g/ml.  Memiliki sumber air laut dan air tawar yang baik dan tidak tercemar.  Memenuhi persyaratan kualitas air yang baik antara lain oksigen terlarut 5,0-8,0 g/ml (BPPKP, 2010).
e. Suhu
     Suhu adalah naik turunnya tingkatan suatu perairan yang di akibatkan oleh perubahan lingkungan yang terjadi sewaktu-waktu akibat adanya curah hujan maupun sinar matahari.  Alat yang di pakai dalam pengukuran suhu pada tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) sama dengan alat yang dipakai untuk mengukur oksigen terlarut dan memiliki prosedur kerja yang sama.  Suhu yang optimal bagi Nila Merah (Oreochromis niloticus) untuk dapat bertahan hidup dengan baik adalah berkisar antara 25-30 0C.  Hal ini sesuai dengan pendapat Trewavas, 1980yang menyatakan bahwa suhu optimal untuk Ikan Nila  (Oreochromis niloticus)  antara 25-30 0C.  Oleh karena itu,  Nila Merah (Oreochromis niloticus)  cocok di pelihara di dataran rendah sampai agak tinggi  sekitar 500 m.
Pengendalian Hama
     Teknik pemeliharaan pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) harus dilakukan secara intensif agar tidak mengalami kegagalan dalam kegiatan budidaya.  Hama yang merugikan bagi pembudidaya Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) adalah hama kompetitor maupun hama predator.  Hama kompetitor adalah hama penyaing dari segi memperoleh pakan seperti ikan mujair dan kepiting yang selalu merusak pematang dan juga membuat lubang, dan untuk hama predator adalah sebagai perusak atau pemangsa seperti belut, biawak, dan burung pemangsa yang mana sering memakan ikan yang di budidayakan dalam tambak.  Untuk mengatasi hama tersebut dengan melakukan pengontrolan disekitar tambak untuk melihat apakah terdapat kebocoran pada pematang atau tidak. 

Pemanenan 
     Panen merupakan saat yang dinantikan oleh pembudidaya karena mereka berharap bisa mendapatkan keuntungan dari usaha pembesran ikan nila. Waktu panen biasanya tergantung dari permintaan pasar. Biasanya pemanenan ikan nila dilakukan secara total yaitu dilakukan dengan mengeringkan tambak hingga ketinggian air tinggal 10 cm. petak pemanenan atau petak penangkapan dibuat di depan pintu pengeluaran sehingga memudahkan penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan  pada pagi hari saat keadaan cuaca tidak terlalu panas, dengan menggunakan waring atau jaring. Lakukan pemanenan dengan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari ikakn terluka.
Penanganan Pasca Panen Ikan Nila
Sebelum dikemas ikan harus dicuci terlebih dahulu agar bersih dan tidak berlendir, wadah pengangkut harus bersih dan tertutup, pengangkutan jarak dekat dapat dilakukan dengan keranjang yang berpenutup daun pisang maupun pelastik. Sedangkan untuk pengangkutan jarak jauh dipergunakan kotak seng atau fiber glas. Dengan menggunakan es curah dengan perbandingan ikan : es adalah 1:1.
     Demikian sekilas teknik pembenihan ikan lele secara semi intensif guna memenuhi permintaan pelaku usaha pembesaran yang cenderung meningkat. Semoga materi ini mampu meningkatkan pendapatan pembenih lele. Terimakasih atas kunjungan anda pada blog ini.















PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)di ambak Air Payau

PENDAHULUAN
   Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati dengan potensi sumber daya perikanan air payau seluas 1430,67 Ha. Potensi sumberdaya alam tersebut dipergunakan untuk kegiataan budidaya perikanan, khususnya bandeng dan udang. Beberapa tahun terakhir produktivitas tambak cenderung mengalami penurunan. Hal ini sangat dirasakan oleh pelaku utama yaitu dengan menurunnya hasil panen bandeng yang menajdi andalan ekonomi selama ini. Rendahnya produktivitas lahan tambak berdampak pada kurang bergairahnya pelaku utama dalm mengelola usaha tambaknya. Dengan adanya teknologi budidaya ikan nila salinitas rendah seperti adanya pemberantasan/pengendalian hama, pengelolaan air, penggunaan bibit yang unggul serta mutu pakan yang diberikan  diharapkan mampu meningkatkan gairah berusaha di bidang budidaya perikanan.
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas. Teknologi budidayanya sudah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan. Jenis ikan nila yang dikembangkan di masyarakat adalah nila hitam dan nila merah. ikan nila merah sangat digemari di kalangan masyarakat, selain pengembangannya tidak sulit, ikan ini juga memiliki rasa yang gurih dan berduri lebih sedikit serta warna tubuhnya menarik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Santoso (1996:11), ikan nila merah cepat diterima oleh masyarakat. Selain mudah dikembangbiakkan , pertumbuhan badannya lebih pesat dibandingkan nila hitam (oreochromis niloticus).
Beberapa tahun terakhir permasalahan di pantai Utara Pulau Jawa, banyak sawah pertanian terkena air pasang (Rob), sehingga lahan tersebut tidak produktif. Oleh karena itu BBPBAP Jepara telah megembangkan inovasi teknologi budidaya nila salin (media air dengan salinitas 15  – 25 promil).
Peluang pasar ikan nila cukup besar, baik dipasar lokal maupun pasar ekspor. Oleh karena itu upaya pengembangan usaha budidaya ikan nila masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
Teknik pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) meliputi beberapa tahapan yang harus diperhatikan diantaranya sebagai berikut:
Persiapan Tambak Pembesaran
    Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan tambak pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) diantaranya sebagai berikut:
Perbaikan Pematang
     Sebelum ikan ditebar ke tambak pembesaran, hal yang paling pokok dilakukan adalah memperbaiki pematang yang rusak akibat hama perusak seperti kepiting dan belut yang membuat lubang pada bagian pematang sehingga air dengan mudah dapat masuk ke dalam tambak dan membawa banyak kotoran dari luar. Hal ini dapat mengakibatkan kualitas air menjadi tidak stabil.  Selain itu dengan adanya lubang pada pematang dapat menyebabkan masuknya hama kompetitor maupun predator yang dapat merugikan ikan yang di budidayakan, untuk mengatasi hal tersebut sehingga dilakukan pengangkatan  lumpur dari tambak dan ditempelkan ke pematang yang terdapat lubang agar hama tersebut tidak dapat masuk. Kegiatan ini dilakukan jika pematang mengalami kebocoran.  Pematang dalam tambak budidaya ikan biasanya dilakukan pengontrolan dititik beratkan pada arus pusaran air yang terjadi didalam tambak, setelah itu maka tambak dapat diperbaiki dengan menutup tanggul dengan karung yang berisi pasir, lalu di timbun menggunakan lumpur (Anonim, 2012).
Pembersihan Tambak
     Setelah perbaikan pematang kemudian dilanjutkan dengan pembersihan dasar tambak pembesaran yang banyak terdapat kotoran yang masuk tambak mengikuti air akibat dari pematang yang berlubang.  Kotoran yang ada didalam tambak  diangkat, lalu di simpan sementara diatas pematang dan kemudian dibuang ke luar tambak.  Sementara itu, untuk rumput yang terdapat pada bagian pematang, dibersihkan dengan menggunakan sabit maupun parang.  Setelah itu, rumput diangkat dan di buang jauh dari pematang.   
Kegiatan membersihkan pematang tambak tanah dilakukan ketika tambak akan dipakai untuk membudidayakan ikan. Membersihkan pematang tambak yaitu membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dipinggir pematang tambak, rumput ini perlu dibersihkan dan dibuang agar tidak mengganggu ikan yang akan di budidayakan terutama bagi ikan yang masih kecil, karena apabila rumput tersebut dibiarkan tumbuh maka kemungkinan besar akan dijadikan sarang hama dan predator seperti ular dan lainnya.
Pengangkatan Lumpur
     Pengangkatan lumpur pada tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) dilakukan setelah perbaikan dan pembersihan tambak.  Pengangkatan lumpur dari tambak dilakukan secara manual dengan menggunakan alat pengangkat lumpur.  Caranya adalah lumpur dalam tambak digerus dengan alat pengangkat lumpur dan kemudian diangkat keatas pematang.
     Pengangkatan lumpur setelah budidaya dilakukan agar kondisi tambak lebih sehat.  Pada pematang yang ada rembesan perlu dilakukan keduk teplok dan penampatan tanah pada lubang bocoran.  Limbah budidaya berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran ikan, dan ikan yang mati harus dikeluarkan dari dasar tambak, karena bahan tersebut bersifat racun yang dapat membahayakan kehidupan ikan.  Pengeluaran lumpur dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan pompa air.  Pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan traktor tangan atau cangkul pada kedalaman tanah 10-30 cm (Pantjara, et al. 2011).
. Pengeringan Tambak
    Pengeringan dilakukan dengan cara membuka pipa pengeluaran sehingga air keluar melalui saluran pembuangan yang terdapat didalam tambak dan untuk mempercepat keluarnya air dari tambak dapat dibantu dengan menggunakan mesin pompa. Pengeringan tambak membutuhkan waktu sekitar 5-7 hari tergantung intensitas sinar matahari  kemudian air yang berada ditambak tersebut telah habis.
Pengeringan mutlak dilakukan karena berfungsi untuk  menghilangkan senyawa beracun serta membasmi hama dan bibit penyakit (Anonim, 2011).  Pengeringan dasar tambak dapat mengurangi sumber penyakit dan pembalikan dasar tambak dapat menambah oksigen yang terikat dalam tanah dan melepaskan gas-gas beracun yang terikat dalam tanah karena proses peruraian (Partosuwiryo dan Warseno, 2011).
 Pemberantasan Hama
     Setelah air telah habis dikeringkan, kemudian dilanjutkan dengan pemberantasan hama menggunakan saponin untuk membasmi hama baik kompetitor maupun predator yang terdapat didalam tambak.  Pemberian saponin tidak langsung di berikan begitu saja ke tambak pembesaran, namun harus melihat cuaca yang mendukung atau tidak terjadi hujan.  Dampak yang terjadi apabila ditebar pada waktu hujan adalah tidak secara optimal membasmi hama yang terdapat dalam tambak.  Saponin sebelum ditebar ke tambak harus dilakukan pengisian air setinggi 10 cm, kemudian saponin tersebut direndam terlebih dahulu diair selama 1 jam.  Setelah itu, saponin dapat diberikan dengan cara ditebar secara menyeluruh ke tambak.,namun apabila hujan sering terjadi terus-menerus maka pemberian saponin dapat diperbanyak sesuai dengan kondisi tambak dengan ketinggian airnya adalah 10 cm. Saponin yang ditebar dibiarkan selama 2 hari diperkirakan sampai  hama yang terdapat dalam tambak tersebut  mati dan habis.
Pemberantasan hama terutama trisipan, kepiting, udang, dan ikan liar yang paliang efektif adalah pengeringan tambak secara sempurna.  Pemberantasan hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana kemampuannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak.  Pada salinitas 30 ppt, saponin diaplikasikan dengan dosis 10-15 ppm atau 30-75 kg/ha tergantung kelimpahan hama tambak
     Ikan-ikan liar dan hewan lainnya yang ada dalam tambak dapat menganggu pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochroms niloticus) dan mengurangi sintasan, karena merupakan predator dan kompetitor yang perlu di berantas.  Untuk membasmi hewan liar tersebut dapat digunakan saponin dengan dosis 20 ppm.  Saponin terlebih dahulu direndam dalam air selama 12 jam. Selanjutnya ditebar secara merata dalam tambak pada ketinggian air tambak 10 cm.  Bahan saponin hilang setelah 2 hari penebaran (BPPKP, 2010).
Pemberian Pupuk
     Setelah pemberian saponin yang dibiarkan selama 2 hari kemudian dilanjutkan pemupukan urea dan TSP.  Pemberian pupuk dilakukan dengan cara memasukan air sampai ketinggian 10 cm dari kedalaman tambak agar penetrasi cahaya dapat tembus ke dasar tambak sehingga mempercepat tumbuhnya pakan alami.  Pupuk urea dan TSP merupakan pupuk yang digunakan untuk menambah unsur hara pada dasar tanah tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus ).  Dosis yang diberikan pada pupuk urea ditambak pembesaran adalah 10 gram/m2, sedangkan untuk pupuk TSP diberikan dengan dosis 15 gram /m2 sesuai dengan daerah setempat.  Selain itu, dapat juga diberikan pupuk kandang dengan dosis 500 gram/m2 a dengan salinitas minimal 9 ppt dan juga untuk menambah unsur hara tanah didalam tambak tersebut.  Namun pupuk kandang tidak langsung di tebar ke dalam tambak, tetapi harus dilakukan perendaman terlebih dahulu  selama 7 hari agar tidak terapung ketika ditebar.  Pemberian ketiga pupuk ini bertujuan untuk menyuburkan tanah yang terdapat ditambak dan hanya membutuhkan waktu sekitar 1 hari, pakan alami berupa fitoplankton maupun zooplankton dapat tersedia didalam tambak pembesaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan yang hendak dibudidayakan. Namun, waktu  ideal untuk fitoplankton dan zooplankton dapat tersedia secara optimal adalah sekitar 7 hari, dan kemudian ditambahkan air setinggi 40 cm di tambak.  Selain itu,  dapat pula di berikan pupuk susulan jenis NPK apabila ikan yang di tebar ke tambak pembesaran sudah sekitar 2 minggu, dengan dosis 7-10 kg/ha .   
Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan makanan alami seperti klekap.  Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik sebanyak 1 ton/ha, ditebar pada saat dasar tambak masih kering.  Pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg/ha dan TSP 75 kg/ha, ditebar pada saat didasar tambak masih macak-macak atau lembab.  Selanjutnya air tambak ditinggikan menjadi 10 cm di atas pelataran.  Setelah satu minggu setelah klekap mulai tumbuh di dasar tambak, air ditambah lagi sampai kedalaman 30-40 (BPPKP, 2010).
Pemasukan Air
     Air merupakan sumber kehidupan atau habitat bagi organisme air untuk hidup, mencari makan, dan berkembang biak.  Cara pemasukannya adalah air dialiri pada tambak penampungan(tandon) dan kemudian disalurkan kembali pada tiap-tiap tambak pemeliharaan melalui pipa pemasukan yang bantu dengan pompa dan dikelilingi hapa agar tidak membawa kotoran dari luar tambak. Pemasukan air sampai mencapai kedalaman 80 cm, ketika menjelang penebaran.  Jenis air dalam kegiatan ini adalah memanfaatkan air payau dengan salinitas sekitar 9 ppt dari hasil pengujian yang dilakukan dengan refraktometer.
 Memenuhi persyaratan kualitas air yang baik antara lain: oksigen terlarut 5,0-8,0 ppm, pH 6,5-8,0, suhu 25,0-30,0 0C, dan salinitas 0,0-35,0 ppt.  Selanjutnya menjelang penebaran dilakukan penambahan air sampai ketinggian 60-80 cm (BPPKP, 2010).
     Tambak Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) di lengkapi dengan lubang pemasukan dan pengeluaran air.  Tujuannya agar memudahkan dalam pengisian air, sehingga kualitas air tetap baik, selain itu juga memudahkan dalam pengeringan. Tambak juga bias dan beton.  Hanya pembuatan tambak membutuhkan biaya yang cukup besar, karena beton biasanya digunakan untuk pembenihan secara intensif.  Selain itu juga pemeliharaan dapat dilakukan dengan keramba jarring apung dapat dipasang diwaduk dan rawa-rawa, tambak besar atau genangan air lainnya (Anonim, 2008).
Penebaran
    Penggunaan benih ikan berkwalitas unggul tetntu saja merupakan pilhan tepat jika ingin meraih kesuksesah dalam kegiatan usaha anda.bagi pera pembudidaya ikan,benih ikan kususnya ikan nila yang berkwalitas dapat di hasilkan sendiri dari sebagian lahan perikanan lainya yang bisa kita usahakan.namun,bila tidak memungkinkan,benih ikan tersebut dapat kita peroleh dari pembenih ikan yang tentunya berkawalitas dan sudah di akui kwalitasnya.
Penebaran benih dilakukan setelah tambak ditumbuhi makanan alami sekitar 2 minggu, Dalam usaha pembesaran ikan Nila (Oreochromis niloticus), faktor benih sangat penting sekali menjadi perhatian, karena dengan benih berkualitas bagus diharapkan mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Adapun  ciri-ciri bibit Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang unggul :
Benih yang ikan yang baik merupakan hasil pemijahan yang bukan satu keturunan.memiliki bentuk tubuh normal,serta memiliki pergerakan yang sangat aktif.baik terhadap arus air merupakan terhadap rangsangan dari luar,ukuran benih dan umur seragam.
. Walaupun ikan nila yang dipelihara di tambak mampu hidup didalam air yang memiliki kadar garam, tetapi untuk saat ini pemijahan dan pembenihan tetap dilakukan di kolam air tawar. Kadang-kadang, benih ikan nila yang ditebar di tambak air payau mengalami stres. Karena itu, cara penebaran sebaiknya tidak dengan melepas ikan secara langsung ke tambak, tetapi dengan cara memasukkan plastik packing ikan ke permukaan air tambak dan mendiamkannya selama 15-30 menit. Setelah itu, plastik pengikat dibuka perlahan agar air didalam plastik bercampur dengan air tambak. Biarkan ikan keluar sendiri ke dalam tambak dan menyebar. Benih nila di masukkan ke dalamnya pada saat udara sejuk pagi atau sore hari, dengan padat penebaran antara 2 ekor/m2sampai 5 ekor/m2.   dengan 15-20 gr/ekor, Biasanya sampai hari ke tiga benih tidak perlu diberi makan, karena pakan alami masih tersedia hasil dari pemupukan (Anonim, 2011).
  Teknik Pemeliharaan
     Teknik pemeliharaan Nila Merah (Oreochromis niloticus) ditambak pembesaran memiliki beberapa  hal yang harus perhatikan diantaranya sebagai berikut:
Pemberian Pakan
     Pakan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam kegiatan budidaya, karena dengan adanya ketersediaan pakan yang cukup dan memiliki nilai gizi yang baik maka akan membantu untuk pertumbuhan ikan, pertahanan hidup, dan juga reproduksi. Pakan yang diberikan untuk pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) diInstalasi.  Pemberian pakan untuk Nila Merah (Oreochromis niloticus ) ditambak pembesaran dilakukan pencampuran antara pelet dengan pakan alternatif lain seperti fermentasi ampas tahu  dedak Penggunaan ampas tahu/dedak fermentasi pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) memiliki manfaat untuk mempercepat laju pertumbuhan tubuh dan juga berfungsi sebagai pupuk untuk menumbuhkan pakan alami.
     Dosis pakan pelet dan ampas tahu yang diberikan pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) dengan presentase 5-8% dari bobot tubuh.  Pakan ditambak pembesaran diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada jam 08.00 pagi dan jam 17.00 sore.
Kualitas Air 
     Kualitas air merupakan parameter yang perlu di pantau secara rutin guna untuk mengetahui kelayakan suatu perairan untuk mendukung kehidupan organisme akuatik yang dibudidayakan.  Selain itu, kuallitas air yang baik juga harus terbebas dari pencemar seperti bahan organik, anorganik, dan limbah industri yang mendukung berlangsungnya kehidupan ikan yang dibudidayakan.  Kualitas air pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) meliputi
Parameter kualitas air yang terdapat pada tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) diantaranya sebagai berikut:
a.  Salinitas
    Salinitas adalah bobot zat padat (g / 1000 g air laut ), setelah semua karbonat di ubah menjadi oksida, bromida, dan ion organik menjadi klorida, serta semua senyawa kation dioksida.  Pengukuran salinitas di tambak pembesaran menggunakan alat yang di namakan Refraktometer.  Salinitas sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas semakin besar pula tekanan osmotiknya.  Semua ikan nila lebih toleran terhadap lingkungan payau.  Ikan nila tumbuh dengan sangat baik pada salinitas 15 ppt, sedangakan nila merah dapat tumbuh pada salinitas mendekati air laut. 
b. pH   
    pH menunjukan kadar konsentrasi H+ atau OH- dalam suatu larutan.  Konsentrasi tersebut diukur menggunakan elektroda melalui aktivitas ion hidrogen H+ yang merupakan faktor utama dalam menentukan kemasaman dan kebasaan suatu larutan.  Pengukuran pH menggunakan kertas pH berwarna dalam menentukan nilai asam ataupun basa. Nilai derajat keasaman (pH) perairan yang cocok untuk Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah 7,0-8,5 dan tidak tercemar oleh bahan beracun seperti sulfida

 c. Alkalinitas
    Alkalinitas adalah konsentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat dalam air.  Alkalinitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus) berkisar antara 50-300 mg/l,  keadaan tersebut menggambarkan tingkat alkali yang cocok untuk kehidupan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang dibudidayakan
d. Oksigen terlarut
    Oksigen terlarut adalah kandungan oksigen yang terdapat disuatu perairan atau tambak pemeliharaan yang mana dimanfaatkan oleh ikan untuk respirasi atau pernapasan, sehingga dapat menunjang kehidupan ikan yang ada pada perairan tersebut.  Pengukuran oksigen terlarut menggunakan alat yang di namakan Do meter..
 Oksigen terlarut pada tambak pemeliharaan Nila Merah (Oreochromis niloticus) berkisar  5,0 – 8,0 g/ml.  Memiliki sumber air laut dan air tawar yang baik dan tidak tercemar.  Memenuhi persyaratan kualitas air yang baik antara lain oksigen terlarut 5,0-8,0 g/ml (BPPKP, 2010).
e. Suhu
     Suhu adalah naik turunnya tingkatan suatu perairan yang di akibatkan oleh perubahan lingkungan yang terjadi sewaktu-waktu akibat adanya curah hujan maupun sinar matahari.  Alat yang di pakai dalam pengukuran suhu pada tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) sama dengan alat yang dipakai untuk mengukur oksigen terlarut dan memiliki prosedur kerja yang sama.  Suhu yang optimal bagi Nila Merah (Oreochromis niloticus) untuk dapat bertahan hidup dengan baik adalah berkisar antara 25-30 0C.  Hal ini sesuai dengan pendapat Trewavas, 1980yang menyatakan bahwa suhu optimal untuk Ikan Nila  (Oreochromis niloticus)  antara 25-30 0C.  Oleh karena itu, Nila Merah (Oreochromis niloticus)  cocok di pelihara di dataran rendah sampai agak tinggi  sekitar 500 m.
Pengendalian Hama
     Teknik pemeliharaan pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) harus dilakukan secara intensif agar tidak mengalami kegagalan dalam kegiatan budidaya.  Hama yang merugikan bagi pembudidaya Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) adalah hama kompetitor maupun hama predator.  Hama kompetitor adalah hama penyaing dari segi memperoleh pakan seperti ikan mujair dan kepiting yang selalu merusak pematang dan juga membuat lubang, dan untuk hama predator adalah sebagai perusak atau pemangsa seperti belut, biawak, dan burung pemangsa yang mana sering memakan ikan yang di budidayakan dalam tambak.  Untuk mengatasi hama tersebut dengan melakukan pengontrolan disekitar tambak untuk melihat apakah terdapat kebocoran pada pematang atau tidak.
Pemanenan
     Panen merupakan saat yang dinantikan oleh pembudidaya karena mereka berharap bisa mendapatkan keuntungan dari usaha pembesran ikan nila. Waktu panen biasanya tergantung dari permintaan pasar. Biasanya pemanenan ikan nila dilakukan secara total yaitu dilakukan dengan mengeringkan tambak hingga ketinggian air tinggal 10 cm. petak pemanenan atau petak penangkapan dibuat di depan pintu pengeluaran sehingga memudahkan penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan  pada pagi hari saat keadaan cuaca tidak terlalu panas, dengan menggunakan waring atau jaring. Lakukan pemanenan dengan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari ikakn terluka.
Penanganan Pasca Panen Ikan Nila
Sebelum dikemas ikan harus dicuci terlebih dahulu agar bersih dan tidak berlendir, wadah pengangkut harus bersih dan tertutup, pengangkutan jarak dekat dapat dilakukan dengan keranjang yang berpenutup daun pisang maupun pelastik. Sedangkan untuk pengangkutan jarak jauh dipergunakan kotak seng atau fiber glas. Dengan menggunakan es curah dengan perbandingan ikan : es adalah 1:1.
     Demikian sekilas teknik pembenihan ikan lele secara semi intensif guna memenuhi permintaan pelaku usaha pembesaran yang cenderung meningkat. Semoga materi ini mampu meningkatkan pendapatan pembenih lele. Terimakasih atas kunjungan anda pada blog ini.
































































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan Pasta sebagai Pengganti Cacing Sutera untuk Benih Ikan Lele

PEMBESARAN IKAN NILA DI TAMBAK AIR PAYAU

MENGANTISIPASI DAMPAK AIR HUJAN BAGI BUDIDAYA IKAN LELE