PEMBESARAN NILA DENGAN UDANG VANAMEI DI TAMBAK AIR PAYAU


Pendahuluan
       Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembang biakan dan toleransinya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya. Rasanya cukup gurih dan digemari masvarakat. Berbagai  jenis Ikan Nila diantaranya Citralada, tralada, lokal dan Nila GIFT yang masuk ke Indonesia pada tahun 1984 dan 1996 dari ICLARAM Philipina melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar).
       Teknik pembesaran Ikan Nila terapannya sangat mudah dilakukan sekali, baik dilakukan. skala rumah tangga atau skala besar. Tempatnya pun dapat dilaksanakan pada kolam tanah, kolam tembok dan Keramba jaring Apung   Untuk pemasarannya sangat luas baik baik lokal maupun regional terutama ukuran yang berat badannya di atas 500 gram. Bagi konsumsi dalam negeri akan banyak menunjang usaha perbaikan gizi keluarga.
     Mengingat besarnya prospek pemasaran baik dalam maupun luar negeri yang sangat menjanjikan, sehingga perlu langkah yang pasti untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pasar.
Teknis Budidaya
       Untuk meraih produkstifitas tambak yang optimal sebelum kegiatan budidaya polikultur nila dan udang vanamei beberapa kegiatan teknis persiapan budidaya harus tetap dilaksanakan.
persiapan lahan merupakan hal yang sangat vital dalam upaya meraih keberhasilan dalam kegaiatan budiadaya nial dan vanamei di tambak. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam persiapan tambak pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) diantaranya sebagai berikut:
Perbaikan Pematang

        Sebelum ikan ditebar ke tambak pembesaran, pertama-tama hal yang dilakukan adalah memperbaiki pematang yang rusak yang di akibatkan oleh hama perusak seperti kepiting dan belut yang membuat lubang pada bagian pematang sehingga air dengan mudah dapat masuk ke dalam tambak dan membawa banyak kotoran dari luar tambak tersebut, mengakibatkan kualitas air menjadi tidak stabil.  Selain itu juga, dengan adanya lubang pada pematang dapat menyebabkan masuknya hama kompetitor maupun predator yang dapat merugikan ikan yang di budidayakan, untuk mengatasi hal tersebut sehingga dilakukan pengangkatan  lumpur dari tambak dan ditempelkan ke pematang yang terdapat lubang agar hama tersebut tidak dapat masuk. Perbaikan pematang dilakukan jika pematang mengalami kebocoran.  Pematang dalam tambak budidaya ikan biasanya perbaikannya dengan mengontrol disaat pengeringan lalu tambak dapat diperbaiki atau di tutup kembali dengan menggunakan tanah dititik beratkan kepada arus pusaran air yang terjadi didalam tambak, setelah itu maka tambak dapat diperbaiki dengan menutup tanggul dengan karung yang berisi pasir, lalu di timbun menggunakan lumpur (Anonim, 2012).
 Pembersihan Tambak
     Setelah kegiatan perbaikan pematang kemudian dilanjutkan dengan pembersihan dasar tambak pembesaran yang banyak terdapat kotoran yang masuk dari luar tambak mengikuti air akibat dari pematang yang berlubang.  Kotoran yang ada didalam tambak  diangkat, lalu di simpan sementara diatas pematang dan kemudian dibuang ke luar tambak.  Sementara itu, untuk rumput yang terdapat pada bagian pematang, dibersihkan dengan menggunakan alat pemotong rumput atau parang.  Setelah itu, rumput diangkat dan di buang jauh dari pematang. Kegiatan membersihkan pematang tambak tanah dilakukan ketika tambak akan dipakai untuk membudidayakan ikan. Membersihkan pematang tambak yaitu membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dipinggir pematang tambak, rumput ini perlu dibersihkan dan dibuang agar tidak mengganggu ikan yang akan di budidayakan terutama bagi ikan yang masih kecil, karena apabila rumput tersebut dibiarkan tumbuh maka kemungkinan besar akan dijadikan sarang hama dan predator seperti ular dan lainnya.  Membersihkan pematang tambak dapat menggunakan cangkul.  Teknik pecangkulan dilakukan secara teratur dan pembersihan pematang berfungsi memperbaiki jika ada pematang yang rusak ataupun roboh akibat erosi (Anonim, 2010).
Pengangkatan Lumpur
         Pengangkatan lumpur pada tambak pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) dilakukan setelah perbaikan dan pembersihan tambak.  Pengangkatan lumpur dari tambak dilakukan secara manual dengan menggunakan alat pengangkat lumpur.  Caranya adalah lumpur dalam tambak digerus dengan alat pengangkat lumpur dan kemudian diangkat keatas pematang. 

Pengangkatan lumpur setelah budidaya dilakukan agar kondisi tambak lebih sehat.  Pada pematang yang ada rembesan perlu dilakukan keduk teplok dan penampatan tanah pada lubang bocoran.  Limbah budidaya berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran ikan, dan ikan yang mati harus dikeluarkan dari dasar tambak, karena bahan tersebut bersifat racun yang dapat membahayakan kehidupan ikan.  Pengeluaran lumpur dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan pompa air.  Pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan traktor tangan atau cangkul pada kedalaman tanah 10-30 cm (Pantjara, et al. 2011).
Pengeringan Tambak

      Setelah tambak dilakukan perbaikan dan pembersihan, hal yang dilakukan selanjutnya adalah pengeringan tambak. Pengeringan dilakukan dengan cara membuka pipa pengeluaran sehingga air keluar melalui saluran pembuangan yang terdapat didalam tambak dan untuk mempercepat keluarnya air dari tambak dapat dibantu dengan menggunakan mesin pompa. Pengeringan tambak membutuhkan waktu sekitar 5 hari dengan ukuran tambak 2500 m2/petak apabila matahari bersinar normal, kemudian air yang berada ditambak tersebut telah habis.
Pengeringan dasar tambak dapat dipercepat jika sinar matahari bersinar normal biasanya dalam tempo 3 sampai 5 hari dan dapat memakan waktu sekitar 7 hari  apabila matahari tidak bersinar normal.  Pengeringan mutlak dilakukan karena berfungsi untuk  menghilangkan senyawa beracun serta membasmi hama dan bibit penyakit (Anonim, 2011).  Pengeringan dasar tambak dapat mengurangi sumber penyakit dan pembalikan dasar tambak dapat menambah oksigen yang terikat dalam tanah dan melepaskan gas-gas beracun yang terikat dalam tanah karena proses peruraian (Partosuwiryo dan Warseno, 2011).
 Pemberantasan Hama
            Setelah air telah habis dikeringkan, kemudian dilanjutkan dengan pemberantasan hama menggunakan saponin untuk membasmi hama baik kompetitor maupun predator yang terdapat didalam tambak.  Pemberian saponin tidak langsung di berikan begitu saja ke tambak pembesaran, namun harus melihat cuaca yang mendukung atau tidak terjadi hujan.  Dampak yang terjadi apabila ditebar pada waktu hujan adalah tidak secara optimal membasmi hama yang terdapat dalam tambak.  Saponin sebelum ditebar ke tambak harus dilakukan pengisian air setinggi 10 cm, kemudian saponin tersebut direndam terlebih dahulu diair selama 1 jam. Setelah itu, saponin dapat diberikan dengan cara ditebar secara menyeluruh ke tambak dan dosis yang diberikan sebanyak 18,75 kg/ petak, dengan ukuran tambak seluas 2500 m2 dan namun apabila hujan sering terjadi terus-menerus maka pemberian saponin dapat diperbanyak sesuai dengan kondisi tambak dengan ketinggian airnya adalah 10 cm. Saponin yang ditebar dibiarkan selama 2 hari diperkirakan sampai  hama yang terdapat dalam tambak tersebut  mati dan habis      Pemberantasan hama terutama trisipan, kepiting, udang, dan ikan liar yang paliang efektif adalah pengeringan tambak secara sempurna.  Pemberantasan hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana kemampuannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak.  Pada salinitas 30 ppt, saponin diaplikasikan dengan dosis 10-15 ppm atau 30-75 kg/ha tergantung kelimpahan hama tambak ( Pantjara, et al.  2011).

            Ikan-ikan liar dan hewan lainnya yang ada dalam tambak dapat menganggu pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochroms niloticus) dan mengurangi sintasan, karena merupakan predator dan kompetitor yang perlu di berantas.  Untuk membasmi hewan liar tersebut dapat digunakan saponin dengan dosis 20 ppm.  Saponin terlebih dahulu direndam dalam air selama 12 jam. Selanjutnya ditebar secara merata dalam tambak pada ketinggian air tambak 10 cm.  Bahan saponin hilang setelah 2 hari penebaran (BPPKP, 2010). 
Pemberian Pupuk
          Setelah pemberian saponin yang dibiarkan selama 2 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian pupuk urea dan TSP.  Pemberian pupuk dilakukan dengan cara memasukan air sampai ketinggian 10 cm dari kedalaman tambak agar penetrasi cahaya dapat tembus ke dasar tambak sehingga mempercepat tumbuhnya pakan alami.  Pupuk urea dan TSP merupakan pupuk yang digunakan untuk menambah unsur hara pada dasar tanah tambak pembesaran Nila Merah ( Oreochromis niloticus ).  Dosis yang diberikan pada pupuk urea ditambak pembesaran adalah 37,5 kg pada ukuran tambak dengan panjang 100 m, lebar 25 m, dan tinggi 1 m, sedangkan untuk pupuk TSP diberikan dengan dosis 25 kg pada ukuran tambak yang sama. Selain itu, dapat juga diberikan pupuk kandang dengan dosis 100 kg pada ukuran tambak yang sama dengan salinitas minimal 9 ppt dan juga untuk menambah unsur hara tanah didalam tambak tersebut.  Namun pupuk kandang tidak langsung di tebar ke dalam tambak, tetapi harus dilakukan perendaman terlebih dahulu  selama 7 hari agar tidak terapung ketika ditebar. Pemberian ketiga pupuk ini bertujuan untuk menyuburkan tanah yang terdapat ditambak dan hanya membutuhkan waktu sekitar 1 hari, pakan alami berupa fitoplankton maupun zooplankton dapat tersedia didalam tambak pembesaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan yang hendak dibudidayakan. Namun, waktu  ideal untuk fitoplankton dan zooplankton dapat tersedia secara optimal adalah sekitar 7 hari, dan kemudian ditambahkan air setinggi 40 cm di tambak. Selain itu,  dapat pula di berikan pupuk susulan jenis NPK apabila ikan yang di tebar ke tambak pembesaran sudah sekitar 2 minggu, dengan dosis 2 kg/2 minggu dengan ukuran tambak 2500 m2/petak.  Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan makanan alami seperti klekap.  Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik sebanyak 1 ton/ha, ditebar pada saat dasar tambak masih kering.  Pupuk anorganik dengan dosis urea 100 kg/ha dan TSP 75 kg/ha, ditebar pada saat didasar tambak masih macak-macak atau lembab.  Selanjutnya air tambak ditinggikan menjadi 10 cm di atas pelataran.  Setelah satu minggu setelah klekap mulai tumbuh di dasar tambak, air ditambah lagi sampai kedalaman 30-40 (BPPKP, 2010).
Pemasukan Air
            Air merupakan sumber kehidupan atau habitat bagi organisme air untuk hidup, mencari makan, dan berkembang biak.  Cara pemasukannya adalah air dialiri pada tambak penampungan dan kemudian disalurkan kembali pada tiap-tiap tambak pemeliharaan melalui pipa pemasukan yang bantu dengan pompa dan dikelilingi hapa agar tidak membawa kotoran dari luar tambak.  Pemasukan air ditambak membutuhkan waktu sekitar satu hari sampai mencapai kedalaman 80 cm pada ukuran tambak 2500 m2/petak ketika menjelang penebaran. Jenis air dalam kegiatan ini adalah memanfaatkan air payau dengan salinitas sekitar 9 ppt dari hasil pengujian yang dilakukan dengan refraktometer.
Memiliki sumber air laut dan air tawar yang baik dan tidak tercemar.  Memenuhi persyaratan kualitas air yang baik antara lain: oksigen terlarut 5,0-8,0 ppm, pH 6,5-8,0, suhu 25,0-30,0 0C, dan salinitas 0,0-35,0 ppt.  Selanjutnya menjelang penebaran dilakukan penambahan air sampai ketinggian 60-80 cm (BPPKP, 2010).
          Tambak Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) dapat di buat dari tanah atau tambak tanah. Ukurannya jangan terlalu luas, sebab sangat menyulitkan dalam pengelolaannya, baik pada saat pengeringan maupun pada saat penangkapan.  Ukuran tambak Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) yang paling luas adalah 100 m2, seperti tambak untuk ikan lain, tambak ikan Nila Merah di lengkapi dengan lubang pemasukan dan pengeluaran air.  Tujuannya agar memudahkan dalam pengisian air, sehingga kualitas air tetap baik, selain itu juga memudahkan dalam pengeringan.  Tambak juga bias dan beton.  Hanya pembuatan tambak membutuhkan biaya yang cukup besar, karena beton biasanya digunakan untuk pembenihan secara intensif. Selain itu juga pemeliharaan dapat dilakukan dengan keramba jarring apung dapat dipasang diwaduk dan rawa-rawa, tambak besar atau genangan air lainnya (Anonim, 2008). 
Penebaran Benih
      Setelah tambak telah ditumbuhi makanan alami sekitar 2 minggu, benih udang vanamei Pl 15 di masukkan ke dalamnya pada saat udara sejuk pagi atau sore hari, dengan padat penebaran antara 3-5 ekor  ekor/m2  penebaran dilakukan sore hari dengan dilakukabn akklimatisasi terlebih dahulu. selang 10 -15 hari penebaran benih nila baru dilakukan.  Petambak ikan nila biasanya menebar benih nila yang berukuran 8-12 cm.dengan alasan benih tersebut sudah mampu beradaptasi dengan air payau ikan nila yang dipelihara di tambak mampu hidup didalam air yang memiliki kadar garam, tetapi untuk saat ini pemijahan dan pembenihan tetap dilakukan di kolam air tawar. Dikarenakan benih ikan nila yang ditebar di tambak air payau mengalami stres. untuk mengatasi hal seperti ini dilakukan dengan cara penebarannya  sebaiknya tidak dengan melepas ikan secara langsung (aklimatisasi) ke tambak,  dengan cara memasukkan plastik packing ikan ke permukaan air tambak dan mendiamkannya selama 15-30 menit. Setelah itu, plastik pengikat dibuka perlahan agar air didalam plastik bercampur dengan air tambak. Biarkan ikan keluar sendiri ke dalam tambak dan menyebar.
Teknik Pemeliharaan
        Teknik pemeliharaan Nila Merah (Oreochromis niloticus) ditambak pembesaran memiliki beberapa  hal yang harus perhatikan diantaranya sebagai berikut:
Pemberian Pakan
       Pakan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam kegiatan budidaya, karena dengan adanya ketersediaan pakan yang cukup dan memiliki nilai gizi yang baik maka akan membantu untuk pertumbuhan ikan, pertahanan hidup, dan juga reproduksi. Pemberian pakan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas tinggi sangat membantu pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Pakan yang diberikan adalah pakan buatan (pelet) berukuran garis tengah 2-4 mm t dengan kadar protein 22-30%.  Dosis pakan pelet dan ampas tahu yang diberikan pada pembesaran Nila Merah (Oreochromis niloticus) dengan presentase 5-8% dari bobot tubuh.  Pakan ditambak pembesaran diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada jam 08.00 pagi dan jam 17.00 sore.
Kualitas Air  
        Kualitas air merupakan parameter yang perlu di pantau secara rutin guna untuk mengetahui kelayakan suatu perairan untuk mendukung kehidupan organisme akuatik yang dibudidayakan.  Selain itu, kuallitas air yang baik juga harus terbebas dari pencemar seperti bahan organik, anorganik, dan limbah industri yang mendukung berlangsungnya kehidupan ikan yang dibudidayakan.  Oksigen terlarut untuk inkan nila adala 3-5 ppm. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.  Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalahantara 7-8. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 oC. Kadar garam air yang disukai (optimal) antara 5-15 per mil
Panen dan Pasca Panen
      Udang vannamei dapat dipanen setelah berumur 120 hari dengan berat berkisar 16 – 20 g/ekor. Pemanenan udang vannamei dapat dilakukan kapan saja, tetapi umumnya pemanenan dilakukan pada malam hari. Selain untuk menghindari terik matahari, pemanenan pada malam hari juga bertujuan untuk mengurangi resiko udang ganti kulit selama panen akibat stres, karena udang yang ganti kulit akan menyebabkan penurunan harga jual. Alat yang paling umum digunakan untuk panen sebagian yaitu prayang yang terbuat dari bambu. Prayang dipasang di tepi pematang tambak pada malam hari dengan bagian prayang terletak tegak lurus pada pematang dan ujung luarnya tepat berada di mulut prayang. Cara lainnya adalah dengan menggunakan jala. Panen keseluruhan (total) dimaksudkan untuk menangkap seluruh udang yang dipelihara. Pemanenan total dilakukan dengan cara mengeringkan petakan tambak sehingga kedalaman air 10 – 20 cm hanya pada caren. Alat yang digunakan biasanya berupa seser besar yang mulutnya direndam dalam lumpur dasar tambak lalu didorong sambil mengangkatnya jika diperkirakan sudah banyak udang yang masuk ke dalam seser.
Pasca panen bertujuan untuk menjaga mutu udang tetap tinggi karena udang termasuk produk yang mudah sekali rusak (busuk). Tindakan yang perlu dilakukan pada pasca panen udang vannamei antara lain mencuuci udang ditempat penampungan udang untuk menghilangkan kotoran atau lumpur yang menempel pada tubuh udang. Sortir dan kelompokkan udang berdasarkan ukuran dan kualitasnya. Memasukkan udang yang telah ditimbang secepat mungkin kewadah (box, container) dan tambahkan es. Hal ini merupakan proses pengepakan. Cara pengepakan udang ada dua, yaitu cara berlapis dengan es dan cara teraduk.
        Demikian sekilas teknik pembesaran ikan nila dengan polikultur udang vanamei, semoga materi ini ampu memberikan manfaat pada pembudidaya nila dan udang dalam upaya mendapatkan hasil yang diharapkan. terima kasih atas kunjungan pada blog kami.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembuatan Pasta sebagai Pengganti Cacing Sutera untuk Benih Ikan Lele

Penggunaan Benur Berkualitas ;Ciri --Ciri dan Penebaran Udang Vannamei

USAHA PENDEDERAN IKAN LELE TAHAP II